Malang – Dalam kehidupan keluarga, setiap orang tua tentunya punya pola asuh yang berbeda beda terhadap anak. Pola asuh yang diterapkan dalam keluarga tentunya berdasarkan banyak faktor dan menghasilkan output yang beragam pula.
Berdasarkan penelitian para psikolog, ada empat gaya pengasuhan yang biasa diterapkan para orang tua, yaitu pengasuhan permisif, otoritatif/demokratis, otoriter, dan tidak terlibat. Keempatnya memiliki plus minus tersendiri. Setiap gaya membawa karakteristik yang berbeda dan memiliki dampak berbeda pula pada anak-anak. Pasalnya gaya pengasuhan memengaruhi perkembangan mental anak-anak. Bahkan memiliki peran penting dalam pertumbuhan emosi dan psikologis anak secara keseluruhan.
Lalu seperti apa perbedaan keempat jenis pola asuh ini, berikut adalah penjelasan yang dikutip dari berbagai sumber.
Pola Asuh Otoriter
Mendengar kata otoriter, tentunya anda sudah memiliki defenisi tersendiri soal pola asuh ini. Gaya pengasuhan otoriter ini identik dengan aturan orang tua yang kaku dan ketat, dan harus diikuti tanpa alasan. Orang tua cenderung sangat menuntut tetapi tidak responsif, dan tidak memberi anak-anak pilihan. Bahkan ada hukuman tertentu yang diterapkan jika tidak mengikuti apa yang diperintahkan orang tua yang otoriter.
Pola asuh ini dianggap dapat menghasilkan pribadi yang memiliki perilaku yang lebih agresif di luar rumah, mengalami kesulitan dalam situasi sosial, dan tidak percaya diri di sekitar orang lain. Bahkan, anak-anak yang terpapar gaya pengasuhan seperti ini berisiko tidak berprestasi di sekolah.
Menurut penelitian psikolog Diana Baumrind, anak yang dididik secara otoriter akan menjadi pribadi yang selalu patuh dan cakap. Namun cenderung menjadi pribadi yang tidak bahagia, tak memiliki kemampuan sosial, dan memiliki harga diri yang rendah.
Pola Asuh Otoritatif / Demokratis
Pengasuhan gaya demokratis ini bagi sebagian orang dianggap paling baik, karena mengakomodir orang tua dan anak secara bersamaan. Seperti gaya otoriter, orang tua berusaha menerapkan aturan dan pedoman untuk sang anak. Namun, tetap responsif terhadap anak. Lazimnya, orang tua dan anak selalu bicara bersama untuk mendapatkan sebuah solusi bagi kedua pihak. Selain itu orang tua cenderung lebih memaafkan dan mendukung sang anak, ketimbang menerapkan hukuman.
Pola asuh seperti ini mendorong anak untuk berani berpendapat dan percaya diri. Anak merasa dihargai, karena orangtua terbuka mendengarkan pendapat anak. Ini juga yang kemudian merekatkan hubungan anak dan orangtua. Orangtua juga bisa mendorong anak untuk disiplin dan mandiri, serta mendidik anak bagaimana membuat pilihan terbaik.
Menurut Baumrind, pola asuh semacam ini akan menghasilkan pribadi yang bahagia serta gigih mencapai sukses di masa depan.
Pola Asuh Permisif
Bagi orang tua santuy, sepertinya pola asuh permisif inilah yang kebanyakan diterapkan. Pola asuh permisif dapat disebut sebagai pola asuh yang toleran atau penuh kesabaran. Ciri-ciri gaya pengasuhan ini adalah memiliki beberapa aturan atau standar perilaku, aturan bisa tidak konsisten, tidak berharap terlalu banyak dari anak, dan terus mengasuh dan mencintai anak-anak. DEngan kata lain anak lebih dimanjakan oleh orang tua.
Menurut Baumrind, orang tua jenis ini lebih responsif pada anak dibandingkan dua pola asuh sebelumnya. Pola asuh ini lebih modern, toleran dan menghindari konfrontasi.
Namun biasanya, anak yang didik permisif identik dengan pribadi yang tak mandiri. Mereka cenderung mengalami masalah yang berkaitan dengan kekuasaan dan berkinerja buruk di lingkungan sosialnya.
Pola Asuh yang Tidak Terlibat / Orang Tua Lalai
Selain tiga pola asuh utama yang diperkenalkan Baumrind, psikolog Eleanor Maccoby dan John Martin menemukan gaya pengasuhan keempat. Pola asuh terakhir ini umumnya ditandai dengan kelalaian orang tua. Dalam gaya pengasuhan seperti ini, orangtua cenderung abai dan tidak memenuhi kebutuhan anak-anak mereka, terutama psikis atau emosional anak. Orang tua tidak menuntut, tidak responsif, bahkan minim komunikasi dengan buah hatinya. Anak dibiarkan membesarkan diri mereka sendiri.
Dengan pola asuh seperti ini, anak cenderung tak memiliki kontrol diri di kemudian hari. Pola asuh ini juga mencetak pribadi dengan harga diri dan kompetensi yang rendah.
Itulah beberapa pola asuh orang tua terhadap anaknya. Tentunya sulit untuk menentukan mana yang terbaik dari pola asuh otoriter, demokratis dan permisif, karena kondisi yang berbeda-beda untuk setiap keluarga. Sebagai orang tua, anda yang lebih tau mana yang lebih tepat diterapkan untuk buah hati. Apabila mengalami kendala, sebaiknya berkonsultasi dengan ahlinya. Namun yang pasti, jangan pernah menerapkan pola asuh yang terakhir, yaitu pola asuh abai. Karena anak adalah titipan yang harus dijaga dengan baik. (kps/cnn/anw)