Malang Post – Rektor Universitas Negeri Malang (UM), Prof. Dr. Haryono, M.Pd, menegaskan satu-satunya tokoh nasional, negarawan sekaligus politisi senior, yang dalam setiap pidatonya selalu menyebut Pancasila, hanya Dr. Ahmad Basarah, SH., MH.
Wakil Ketua MPR RI yang sudah berada di parlemen sepanjang empat periode ini, juga menjadi salah satu sosok yang getol menggelar sosialisasi 4 Pilar Demokrasi.
Bahkan salah satu mahasiswa UM, Maulana Fajri, menulis buku yang memuat pikiran-pikiran Ahmad Basarah. Yang dimuat dalam media pers, kemudian disatukan menjadi sebuah skripsi.
“Seorang mahasiswa S1 menerbitkan buku tentang Pancasila, khususnya memuat pikiran-pikiran Ahmad Basarah, perlu untuk diapresiasi. Semoga apa yang dilakukan oleh penulis buku, Maulana Fajri dapat menginspirasi mahasiswa Universitas Negeri Malang,” ujar Rektor UM.
Diantara fakta-fakta tersebut, wajar jika PWI Jawa Timur dan Malang Raya, menganugerahkan penghargaan kepada alumni Kursus Kader Jurnalistik Presidium GMNI ini, sebagai Tokoh Peduli Pers.
Penghargaan diserahkan Ketua PWI Malang Raya, Ir. Cahyono, di sela-sela acara peluncuran buku ‘Media, Propaganda, Kolaborasi Politisi: Studi Kasus Publisitas Ahmad Basarah Bumikan Pancasila’, di Aula Ki Hadjar Dewantara lantai 7 Fakultas Ilmu Sosial (FIS) dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Negeri Malang.
SKRIPSI: Peluncuran buku peluncuran buku ‘Media, Propaganda, Kolaborasi Politisi: Studi Kasus Publisitas Ahmad Basarah Bumikan Pancasila’, di Aula Ki Hadjar Dewantara lantai 7 Fakultas Ilmu Sosial (FIS) dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Negeri Malang.
Sekaligus dalam rangkaian peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2024 dan Ulang Tahun ke-78 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Penyerahan tersebut, juga dilakukan seusai putra seorang purnawirawan Polri ini, mengisi materi dalam sosialisasi 4 Pilar Demokrasi.
Ketua PWI Malang Raya Ir Cahyono mengatakan, penobatan Ahmad Basarah sebagai Tokoh Peduli Pers, karena peran sertanya dalam kegiatan insan pers. Terutama dalam ikut mencerdaskan sekaligus berperan aktif dalam mendukung kebebasan pers.
“Basarah juga berperan dalam memberikan pengetahuan, dengan berkolaborasi bersama insan pers dalam menangkal berita hoaks yang terus menghantui di warga Indonesia,” terangnya.
Terlebih-lebih, tambah Cahyono, Basarah juga berperan penting dalam keseharian insan pers di Indonesia, dalam menyebarluaskan gagasan kebangsaan Indonesia, yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Karenanya insan pers dalam setiap pemberitaan, penting dan wajib untuk menyisipkan perihal wawasan kebangsaan. Sehingga mampu berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
“Teman-teman wartawan tetap berpegang teguh pada ideologi Pancasila maupun kode etik jurnalistik setiap bekerja dan dalam pemberitaan,” jelasnya.
PWI Malang Raya sendiri, selama ini juga terus memberikan edukasi dalam hal wawasan kebangsaan kepada masyarakat.
Namun, sebelum itu para wartawan sendiri, khususnya anggota PWI Malang Raya juga telah diberikan pahaman wawasan kebangsaan dan nasionalisme melalui Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI).
“Pendidikan jurnalistik melalui SJI ketika sudah lulus UKW, salah satu materinya adalah tentang wawasan kebangsaan. Wartawan sebelum terjun kelapangan harus punya bekal pendidikan melalui SJI. Tentu hal ini untuk semakin menjamin profesionalisme wartawan,” tuturnya.
Sementara, Achmad Basarah mengucapkan terima kasih kepada PWI Malang Raya yang menobatkan dirinya sebagai tokoh peduli pers.
“Semoga, HPN serta bertambahnya usia PWI hingga yang ke-78 tahun ini, semakin lebih baik dan terus memberikan informasi yang berimbang dan mencerdaskan kehidupan bangsa,” kata dia.
Sedangkan soal empat Pilar MPR RI itu sendiri, merupakan fondasi ideologi bangsa Indonesia. Terdiri dari Pancasila sebagai dasar negara, UUD 1945 sebagai konstitusi negara, NKRI sebagai bentuk negara dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan persatuan.
“Saya sangat bangga ada mahasiswa yang merupakan generasi Z peduli bahkan menulis tentang Pancasila. Saya bahkan baru bertemu dengan penulisnya dan baru mengetahui berita tentang Pancasila hasil pemikiran saya dibukukan dari hasil skripsi,” ujar Basarah. (Ra Indrata)