Malang Post – Dalam aplikasi dating, sangat mudah untuk menipu orang. Sekalipun demikian, ada beberapa langkah yang bisa digunakan untuk mencegah.
Salah satunya bisa dengan melakukan video call. Meski hal itu tidak menjamin bisa bebas dari penipuan. Mengingat sekarang, ada aplikasi buat wajah deepface algorithm.
Hal itu disampaikan Ketua Program Studi Sistem Informasi FILKOM UB, Yusi Tyroni, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Rabu (24/1/2024).
“Tetapi semua harus kembali ke logika. Ketika dalam interaksi di dating app itu, sudah mengarah ke hal yang tidak masuk akal, maka perlu diwaspadai,” katanya.
Karena itu, tambah Yusi, selalu lakukan filter pertemanan dalam aplikasi dating. Agar secara individu, bisa menentukan inginnya berteman dengan orang yang seperti apa. Mulai dari fisik sampai pekerjaanya.
“Sifat privat di dating app, juga membuat orang memilih, untuk mencari teman sampai jodoh. Bahkan kondisi intens bisa begitu mudah melakukan scam,” sebutnya.
Hal itu sejalan dengan pengakuan salah satu pengguna dating app, yang sudah pernah menjadi korban.
Ketika itu, dirinya sempat bertemu dengan orang secara intens di aplikasi. Setiap hari, pelaku memberikan rasa nyaman, sampai akhirnya percaya penuh.
Korban inipun akhirnya tertipu. Dirinya mengalami kerugian sampai Rp53 juta, atas dasar kasihan, karena pelaku mengakunya sedang sakit.
Sedang salah satu pengguna dating app, Oky, sempat berbagi pengalamannya, ketika menggunakan salah satu dating app. Ada scammer yang sampai meretas akun media sosialnya.
Tapi beruntung, dirinya kemudian memilih untuk cek dan ricek dengan temannya yang lebih paham.
“Benar memang, peretasan itu dilakukan oleh scammer di dating app. Hingga akhirnya saya memilih untuk berhenti menggunakan dating app,” kata Oky.
Sementara itu dosen Departemen Sosiologi FISIP UB, Astida menyampaikan, kejahatan seperti love scamming bisa saja terjadi. Karena adanya pelaku yang memanfaatkan media digital seperti aplikasi dating app.
“Orang lebih banyak tertarik dengan interaksi digital, imbas dari masifnya media digital. Apalagi selepas pandemi, banyak ruang kehidupan sosial yang awalnya tidak digital menjadi digital,” jelasnya.
Astrida menambahkan, ada sebuah data penelitian di Afrika, jika love scammer di dating app, bukan karena faktor ekonomi. Tapi juga ada alasan gengsi, khususnya laki laki, yang memiliki mindset kalau berhasil memikat perempuan, maka dinilai laki-laki banyak akalnya atau bisa disebut maskulinitas. (Wulan Indriyani – Ra Indrata)