Malang Post – Kota Batu saat ini, memiliki 13 TPS3R, untuk pengolahan sampah menjadi sampah residu.
Penambahan TPS3R itu semakin masif, setelah pada 2023 lalu TPA Tlekung secara resmi ditutup. Sebelumnya, Kota Batu hanya memiliki lima TPS3R.
Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan dan Pengelolaan Limbah B3 DLH Kota Batu, Vardian Budi Santoso, ketika menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk, menegaskan hal tersebut.
Katanya, saat ini TPA Tlekung sudah beroperasi kembali sejak 5 Januari 2024, namun dengan konsep berbeda.
“Saat ini, proses pengelolaan sampah menjadi metode control landfill, dengan pemanfaatan 3 mesin incinerator.”
“Jadi dump truck yang masuk TPA Tlekung, tidak lagi membuang sampah ke sel aktif. Tapi langsung masuk mesin incinerator untuk pembakaran sampah,” sebutnya di talkshow yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Sabtu (20/1/2024).
Ditambahkan Vardian, sejak dioperasikannya mesin incinerator, bisa mengurangi sampah 20 sampai 30 ton per hari.
Sementara tiga mesin incinerator, digunakan untuk menangani sampah yang berasal dari sampah lama, sampah dari TPS3R dan sampah hasil penyisiran di perkotaan.
Keberadaan TPS3R tersebut, termasuk yang berada di Desa Tlekung, kata Kepala Desa Tlekung, Sumardi, berperan dalam mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA Tlekung.
“Sampai sekarang warga desa Tlekung, masih terkendala pengolahan sampah residu di TPS3R karena ada alat yang rusak. Karena itu, pembakaran sampah residu dilakukan di TPA Tlekung memakai mesin incinerator,” katanya.
Mardi juga mengatakan, edukasi terkait memilah sampah sudah diberikan pada warga Desa Tlekung, dengan memaksimalkan peran TPS3R. Hasilnya masyarakat mulai aware dengan pengolahan sampah.
Sementara Dosen Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Brawijaya, Dr. Ir. Koderi menyampaikan, pengelolaan sampah di Kota Batu menjadi lebih baik dengan memanfaatkan TPS3R yang sekarang sudah masif dilakukan.
“Jadi tidak semua sampah masuk ke TPA Tlekung dan masyarakat juga bisa ikut terlibat mengolah sampah di TPS3R,” tandasnya. (Anisa Afisunani – Ra Indrata)