Malang Post – Populasi hama lalat buah semakin meningkat seiring datangnya musim penghujan. Adanya hal itu membuat para petani di Kota Batu makin pening. Terutama para petani cabai yang hendak memasuki musim panen.
Meningkatnya hama lalat buah, menyebabkan cabai siap panen membusuk hingga berakhir gagal panen. Hama lalat buah memiliki efek yang sangat signifikan pada pertanian cabai.
Salah satu petani cabai di Kota Batu, Pandri menyatakan, akibat hama lalat buah, menyebabkan kerusakan pada cabai yang ditanamnya. Lalat buah biasanya bertelur di bagian kulit buah cabai yang masih muda. Setelah telur menetas, larva akan memakan daging buah hingga menyebabkan kerusakan.
“Akibat hama itu juga menyebabkan penurunan hasil panen. Serangan lalat buah dapat menyebabkan penurunan jumlah dan kualitas cabai yang dipanen. Tanaman cabai yang terinfeksi menghasilkan buah yang tidak layak untuk dijual atau dikonsumsi,” papar Pandri, Selasa, (9/1/2024).
Dia juga menyampaikan, lalat buah dapat berperan sebagai vektor penyakit dalam pertanian cabai. Hama itu dapat membawa organisme patogen seperti virus, bakteri, atau jamur yang dapat menginfeksi tanaman cabai dan menyebabkan penyakit yang merusak.
“Serangan lalat buah pada cabai juga dapat menyebabkan penampilan buah yang tidak menarik secara visual. Ini bisa berdampak negatif pada pemasaran dan permintaan pasar terhadap cabai,” katanya.
Agar hasil pertanian cabai masih bisa diselamatkan, Pandri menyampaikan, selain mengusir hama lalat buah dengan menggunakan insektisida. Para petani biasanya juga menciptakan alat jebakan atau perangkap lalat buah.
“Kami biasa menggunakan obat perangsang aroma yang dianggap mampu mendatangkan lalat buah. Kemudian perangkapnya, biasanya petani menggunakan alat perangkap dari botol bekas, yang sebelumnya sudah diberi lubang dan obat aroma tersebut,” paparnya.
Pandri menambahkan, agar perangkap lalat buah itu berjalan sesuai harapan. Di dalam botol perangkap turut dioleskan lem perekat. Sehingga lalat buah yang sudah masuk ke dalam botol, akan menempel pada lem perekat tersebut.
Selain menggunakan botol perangkap lalat buah, para petani juga menggunakan lem kertas perangkap lalat. Perangkap itu di letakkan di sekitaran tanaman cabai. Namun tetap saja, untuk mengundang lalat buah, harus diolesi cairan aroma tersebut.
“Hama ini benar-benar merepotkan kami sebagai petani cabai. Saat musim penghujan seperti saat ini, populasi lalat buah semakin banyak. Menyerang 70 persen tanaman cabai yang sudah berubah,” beber dia.
Secara ilmiah, cara lalat buah menyerang tanaman cabai dengan menggunakan ovipositornya. Dengan menusuk buah dan meletakkan telurnya dalam lapisan epidermis. Kemudian pada saat menetas, larva akan memakan daging buah hingga warna buah menjadi tidak menarik dan tidak dapat dimakan.
Biasanya serangan lalat ini diikuti hama lain. Apabila petani tidak melakukan pencegahan dini, populasi lalat buah akan semakin meningkat dan tentunya menjadi mimpi buruk bagi para petani cabai.
Sementara itu, akibat merebaknya hama lalat buah, saat ini harga cabai di pasaran tergolong masih cukup mahal. Harganya berkisar diantaranya Rp60 – Rp70 ribu per kilogram.
“Kondisi ini tidak terlepas banyaknya petani cabai yang gagal panen, dipengaruhi karena faktor cuaca dan hama lalat buah,” tutupnya. (Ananto Wibowo)