Malang Post – Bagai api dalam sekam, berbahaya jika meledak sewaktu-waktu. Peribahasa itu cocok menggambarkan situasi persampahan di Kota Batu saat ini. Gejolaknya sudah lama terlihat, namun belum ada penanganan berarti. Hingga akhirnya meledak seperti saat ini.
Anggota DPRD Kota Batu, Didik Machmud menyatakan, sebelum permasalahan sampah meledak seperti saat ini. Bibit-bibit permasalahan itu sudah muncul 4-5 tahun lalu. Namun Pemkot Batu tidak segera mengambil tindakan.
“Bisa dibilang duo Aries (Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai dan Kepala DLH Kota Batu, Aries Setiawan.red) ini ketiban apesnya. Permasalahan sampah meledak dimasa kepemimpinannya. Padahal di kepemimpinan sebelumnya kami sudah sering mengingatkan,” ujar Didik Machmud, saat rapat dengan pendapat kemarin.
Saat itu, pihaknya mengingatkan agar apa yang diusulkan warga Desa Tlekung segera dipenuhi. Terutama tuntutan warga soal bau sampah. Namun sayang tidak ada pergerakan yang berarti dari Pemkot Batu. Padahal untuk masalah usulan anggaran penanganan sampah, Didik mengaku, pihaknya tak pernah menghambat.
“Soal bau sampah, sejak kepala DLH-nya sebelum Pak Aries sudah kami ingatkan. Tapi ya hanya begitu saja,” ungkapnya.
Saat itu, untuk mengatasi bau sampah, pihaknya sudah mengusulkan untuk segera menggandeng perguruan tinggi atau seorang tenaga ahli di bidangnya. Guna mencari formula untuk mengatasi bau sampah TPA Tlekung.
“Kalau tidak bisa cari sendiri formulanya, kami di Komisi C DPRD Kota Batu siap mendampingi. Mari datangi kampus-kampus terkemuka. Masa di Indonesia tidak ada formula untuk mengatasi bau sampah,” tegas dia.
Lebih lanjut, penutupan TPA Tlekung jangan hanya dilihat dari sisi buruknya saja. Tapi ada sejumlah hikmah yang didapat. Salah satunya, jika sebelumnya desa-desa cukup sulit diajak membuat TPS3R. Dengan beralasan keterbatasan lahan. Saat ini desa-desa yang belum punya TPS3R tiba-tiba mengusulkan dan lahannya sudah siap.
“Dulu mau dibuat TPS3R di desa-desa banyak desa yang tidak siap, karena tanahnya tidak ada. Namun setelah peristiwa ini terjadi. Mereka berbondong-bondong datang, katanya sudah siap tanahnya,” ungkap dia.
Didik menambahkan, desa-desa sebenarnya tidak masalah jika TPA Tlekung dibatasi. Hal itu bertujuan untuk memberikan shock terapi kepada Pemkot Batu. Agar lebih niat mengurus permasalahan sampah.
Dia juga sepakat dengan warga Desa Tlekung, agar sampah yang sudah menumpuk di TPA Tlekung harus diolah. Jangan hanya dibolak balik dan diratakan saja. Dia mengusulkan, untuk penanganannya agar turut di kerjasamakan dengan masyarakat sekitar.
“Masyarakat Desa Tlekung ini juga harus dilibatkan dalam penanganannya. Jangan ditinggal begitu saja,” tutur dia.
Disisi lain, Didik juga mengungkapkan, dirinya telah melakukan kroscek kepada sejumlah Kepala OPD Pemkot Batu, yang masuk ke dalam Tim Percepatan Penyelesaian Permasalahan Pengelolaan Sampah Kota Batu.
“Mereka saya tanyai, lalu jawabannya bermacam-macam. Salah satunya ada yang bilang kalau dia hanya ditunjuk. Lalu tidak tahu tugasnya mau ngapain. Pokok namanya ada dalam tim. Kemudian saat rapat datang,” bebernya.
Dia mengaku, ada tiga Kepala OPD yang telah ditanyai. Dimana semua jawabannya hampir sama. Dengan adanya hal tersebut, merupakan suatu hal yang sangat berbahaya. Karena mereka ditunjuk tanpa dibekali tugas yang jelas.
“Saya tidak tahu apakah tim tersebut sudah dibekali materi dan cara-cara pengolahan sampah atau belum. Jangan-jangan hanya dibentuk saja. Lalu jalan sendiri-sendiri. Ini tidak boleh, jangan sampai dibentuk tim, ada anggarannya tapi tugasnya tidak jelas,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala DLH Kota Batu, Aries Setiawan menyampaikan, untuk mengatasi permasalahan sampah di Kota Batu. Pihaknya mengupayakan bisa selesai tahun ini atau paling lambat tahun depan.
“Kami berharap bisa selesai sesuai target. Agar permasalahan ini tidak terus-menerus berlarut,” tandasnya. (Ananto Wibowo)