Malang Post Sedikit demi sedikit permasalahan sampah di Kota Batu mulai diurai. Permasalahan sampah di TPA Tlekung sejatinya sudah muncul sejak tahun 2016 lalu. Saat itu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu menyatakan jika TPA Tlekung telah overload.
Berbagai upaya sebelumnya juga telah dilakukan. Namun hasilnya belum cukup maksimal. Mengingat dalam hal pengelolaan sampah membutuhkan komitmen bersama. Untuk merubah perilaku masyarakat dalam hal pengelolaan sampah. Juga anggaran yang besar dalam penanganannya.
Tantangan penuntasan permasalahan sampah itu, secara maraton mulai diurai Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai sebulan terakhir ini. Bersama seluruh OPD Pemkot Batu, DPRD Kota Batu dan pemerhati lingkungan. Dengan cara melakukan penanganan pengelolaan sampah mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Itu dilakukan guna menemukan cara pengelolaan sampah yang lebih baik ke depannya. Juga menjawab enam tuntutan warga, agar permasalahan sampah di TPA Tlekung dapat segera terselesaikan.
“Waktu satu bulan memang tidak cukup jika harus semua diselesaikan. Saya rasa warga sangat memahami. Alhamdulillah, selama satu bulan ini, telah banyak perubahan di TPA Tlekung seperti yang diinginkan warga,” tutur Aries, Kamis (31/8/2023).
Menurutnya, hal terberat mengatasi permasalahan sampah adalah bagaimana cara merubah pola sikap masyarakat, dalam pengelolaan sampah dan menyadari dampak yang ditimbulkan.
“Kinerja selama satu bulan kemarin merupakan langkah awal dan akan terus berlanjut. Hingga permasalahan sampah di kota ini tuntas,” tegasnya.
“Kami juga berharap, apa yang telah dilakukan sebulan ini menjadi awal bagi kita semua. Serta akan terus berlanjut untuk mencari solusi penanganan sampah di Kota Batu. Kami yakin jika dilakukan bersama-sama, maka permasalahan yang sulit sekalipun akan teratasi. Kini saatnya seluruh masyarakat turut berperan bersama atasi masalah TPA Tlekung,” imbuh dia.
Dengan adanya komitmen tersebut, dia mendapatkan apresiasi dari masyarakat. Serta dukungan untuk terus menjadi Pj Wali Kota Batu.
“Bagi saya dukungan masyarakat harus diapresiasi dengan kerja keras. Dengan tujuan utama agar TPA Tlekung dan harapan masyarakat, agar setiap desa memiliki TPS3R dapat segera terwujud. Serta membangun kesadaran warga Kota Batu akan pentingnya memilah sampah dari rumah,” tutur dia.
Lebih lanjut, dia juga mengapresiasi peran serta sebagian masyarakat, yang sudah peduli dengan mengelola sampah. Termasuk beberapa desa yang sudah menginisiasi TPS3R. Juga sekolah-sekolah mulai dari tingkat SD hingga SMP yang sudah menangani sampah secara mandiri.
“Ini yang membuat kami bersemangat, untuk bersama-sama bergerak dengan masyarakat. Guna menuntaskan sampah di Kota Batu,” imbuh dia.
Disisi lain, Aries juga menyampaikan, setelah ditutupnya TPA Tlekung dan hanya menerima sampah residu. Kini pemilik usaha, pemerintah, maupun masyarakat akan mengelola sampahnya sendiri. Mulai dari memilah sampah dan mengurangi sampah di rumah masing-masing. Dengan harapan, bisa mengurangi beban kerja di masing-masing TPS3R.
Sebelumnya, pihaknya juga telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) nomor 660/2470/422.110/2023. Sebagai pedoman bagi desa/kelurahan dan tempat usaha dalam penerapan pilah dan olah sampah dari sumbernya.
Untuk penanganan sampah jangka panjang, pihaknya juga telah melakukan kajian alternatif lokasi TPA selain di Desa Tlekung. Hasilnya alternatif pertama di Desa Bumiaji, merupakan lahan Perhutani seluas 864,4 hektare. Kemudian alternatif ke dua di Desa Pandanrejo, merupakan lahan perhutani dengan luasan 691,23 hektare.
Salah satu perwakilan masyarakat Desa Tlekung, Syamsul Arifin menyampaikan, masyarakat mendukung keputusan Pemkot Batu untuk menghentikan pengiriman sampah ke TPA Tlekung. Namun TPA Tlekung akan tetap beroperasi untuk menangani sampah yang sudah menumpuk.
“Ini merupakan salah satu langkah yang perlu diambil. Guna mengatasi penumpukan sampah yang ada di TPA Tlekung. Dengan adanya langkah konkret seperti ini. Diharapkan permasalahan sampah di TPA Tlekung dapat segera teratasi dengan baik,” katanya.
Melalui kolaborasi antara Pemkot Batu dan warga desa. Menjadi bukti nyata bahwa upaya penanganan sampah merupakan tanggung jawab bersama, demi kelestarian alam dan lingkungan Kota Batu. (Ananto Wibowo)