Malang Post – Kepala Dinkes Kota Malang, dr. Husnul Muarif, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk menyebut, mulai Januari sampai Mei 2023, ada 28 kasus kematian bayi di Kota Malang.
Dari 28 kasus itu, semuanya tertangani fasilitas kesehatan (faskes). Artinya, tidak ada bayi yang meninggal di rumah.
Kata Husnul, ada lima penyebab utama kasus kematian bayi di Kota Malang.
Pertama, karena pendataan dilakukan berdasarkan KTP. Jadi bisa saja KTP-nya Kota Malang, tapi domisilinya di luar kota Malang.
Lalu bayi lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2 kilogram. Bayi mengalami asfiksia karena kadar oksigen dalam tubuh kurang dan bayi mengalami sepsis.
“Berdasarkan data Dinkes Kota Malang, tidak ada lagi dukun beranak di Kota Malang. Karena di setiap wilayah, sudah disediakan bidan pendamping. Yang harus mengetahui ibu hamil di wilayahnya masing-masing, untuk memantau dan memberikan layanan untuk kesehatan ibu dan anak.
Sementara itu, Dosen Prodi Kesejahteraan Sosial FISIP UMM, Hutri Agustino, justru memiliki pandangan yang berbeda. Terutama menyangkut kematian bayi.
Katanya, masih banyaknya masyarakat yang mempercayakan proses melahirkan ke dukun beranak muncul, karena hal ini sudah menjadi tradisi turun-temurun dan dipercaya berhasil membantu proses melahirkan.
“Diperlukan kebijakan yang baik dari pemerintah. Apakah ada diskresi untuk dukun beranak, agar bisa menjadi asisten dalam proses melahirkan di layanan kesehatan,” katanya di acara yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM dan Youtube Channel Arema TV tersebut.
Karena, tambahnya, mereka juga punya pengalaman dan jam terbang tinggi, dalam membantu proses melahirkan.
Menurut Hutri, tingginya angka kematian bayi, juga berkaitan dengan tingginya angka pernikahan dini. Dimana ada ketidaksiapan organ reproduksi remaja putri, untuk mengandung. (Anisa Afisunani – Ra Indrata)