Malang Post – Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 lalu, memaksa Arema FC harus jadi tim musafir. Selain karena sanksi Komdis PSSI, yang melarang Singo Edan bermain di kandang. Hanya boleh menggelar laga home berjarak 250 km dari Stadion Kanjuruhan.
Juga dampak kerusakan, serta kondisi stadion yang tidak layak, untuk menggelar Liga 1. Menjadikan Arema FC harus menjadi tim musafir.
Dan saat ini, menghadapi Liga 1 musim 2023/2024. Ketika masa hukuman itu sudah berakhir. Arema pun sudah punya homebase baru di Kota Malang. Tapi tim ini tetap harus menjadi musafir.
Paling tidak, di awal-awal kompetisi. Atau selama Stadion Gajayana, Kota Malang, belum selesai proses renovasinya. Arema secara resmi harus berlaga di luar kandang.
“Untungnya kita sudah terbiasa musafir. Musim lalu kita sudah berpengalaman seperti itu. Kita berhomebase di Stadion PTIK Jakarta dan beberapa stadion lainnya,” ujar Pelatih Arema FC, I Putu Gede Swisantoso, kemarin.
Ya. Di musim kemarin, lebih dari setengah musim Arema harus bermain kandang rasa tandang. Pasalnya, pasca Tragedi Kanjuruhan, Arema harus melakoni sanksi laga kandang usiran tanpa penonton di luar Malang.
Skuad Singo Edan pun harus berhomebase di Stadion PTIK Jakarta dan sejumlah stadion lainnya. Laga demi laga, dilalui Arema hingga sanksi itu berakhir seiring berakhirnya Liga 1 2022-2023.
Dengan selesainya sanksi laga usiran tanpa penonton yang sudah dilakoni Arema, Putu Gede berharap, musim ini Aremania bisa memenuhi stadion tiap laga kandang.
Sebab kehadiran suporter, sangat penting bagi perjuangan Arema FC. Untuk menjadi yang terbaik di Liga 1 musim 2023/2024 mendatang.
“Jadi tidak masalah harus jadi musafir. Selama penonton masih boleh datang ke stadion. Karena arena kita butuh suporter di stadion,” imbuh pelatih kelahiran Denpasar tersebut.
Hanya saja, mantan pelatih PSS Sleman itu menyarankan, manajemen tak pilih Stadion PTIK Jakarta lagi, sebagai homebase sementara Arema.
Ketika Arema belum bisa berhomebase di Stadion Gajayana, Kota Malang yang akan direnovasi, pelatih Arema itu berharap timnya bermain di stadion lainnya.
Saran yang diberikan Putu itu cukup beralasan. Mengingat musim lalu, separuh lebih laga kandang Arema harus digelar di Stadion PTIK. Situasi itu tak lepas dari sanksi laga kandang usiran tanpa penonton di luar Malang pasca Tragedi Kanjuruhan.
Sialnya, Arema lebih sering menerima hasil negatif, ketika bermain di Stadion PTIK yang dipilih sebagai homebase sementara. Lantaran ditolak di berbagai daerah. Entah karena faktor teknis atau non-teknis kala itu.
“Kita belum tahu akan bermain di stadion mana, tapi saya sarankan kita tidak bermain di Stadion PTIK lagi, karena atmosfer kompetisinya di sana kurang,” kata Putu.
Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali menjadi kandidat terkuat sebagai homebase sementara Arema, selama Stadion Gajayana dibenahi.
Apalagi manajemen Arema FC, konon juga sudah mendaftarkan Stadion Kapten I Wayan Dipta, sebagai homebase Arema FC. Selain juga Stadion Gajayana di Kota Malang.
Situasi musafir ini bakal dihadapi Arema setidaknya dalam waktu satu bulan. Hingga proses pembenahan Stadion Gajayana homebase mereka beres. Menurut Putu hal itu tak masalah, karena Arema sudah berpengalaman musim lalu.
“Di Bali cocok saja. Sebenarnya di mana pun kami siap. Asalkan semua pertandingan bisa dihadiri suporter. Kalau tidak ada orang yang nonton kan percuma,” tandasnya.
Hanya dalam, dalam regulasi terbaru yang dikeluarkan PT Liga Indonesia Baru, regulator Liga 1 musim 2023/2024. Dalam setiap laga di kompetisi tersebut, tidak boleh ada kehadiran tim tamu. Yang mendampingi tim tamu, untuk bertanding di kandang lawan. (*/ Ra Indrata)