Malang Post – Vihara Dhammadipa Arama merupakan vihara tertua di Kota Batu. Vihara ini sudah berdiri sejak tahun 1971 lalu. Tepatnya berada di Dusun Ngadat, Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo Kota Batu. Sebelum semegah ini, mulanya rumah ibadah umat Buddha itu merupakan bangunan sederhana.
Bhikkhu Karunasilo menceritakan, jika dulunya vihara ini hanyalah sebuah gubuk dengan berdindingkan bambu. Dimana hampir keseluruhan bangunan menggunakan struktur bambu. Mulai dari pintu, jendela dan tiang-tiangnya.
“Walaupun dulunya hanya berbentuk sederhana, namun seiring perkembangan jaman vihara ini sedikit demi mulai dibenahi hingga seperti saat ini,” ujar Bhikkhu Minggu (4/6/2023).
Di dalam vihara tersebut, juga terdapat sebuah museum. Didalam museum itu berisikan benda-benda yang berhubungan erat dengan sejarah penyebaran agama Buddha mulai skala Internasional, Nasional dan Daerah.
Bhikkhu Karunasilo juga mengungkapkan, jika Vihara tersebut merupakan salah satu yang terbesar di Jawa Timur. Didalamnya, selain menjadi tempat ibadah juga sebagai tempat pembelajaran bagi para Samanera dan Atasilani.
“Di dalam Vihara ini juga menyimpan sejumlah relik (peninggalan.red) dari sisa kremasi Sang Buddha dan para murid-muridnya. Relik itu tersimpan rapi di museum. Digunakan sebagai objek pemujaan sebagai bentuk penghormatan. Bahwa itu adalah bentuk fisik dari Guru Agung, Buddha Gautama yang merupakan murid utama beliau,” beber dia.
Dia menyatakan, relik itu asli berasal dari negara Sang Buddha yakni India. Dibawa langsung ke Vihara Dhamadihipa Arama Kota Batu. Selain itu, relik tersebut juga ada yang berasal dari Srilanka. Kemudian ada juga para guru-guru meditasi yang konon dikatakan sudah mencapai ketenangan batin tingkat tinggi, begitu dikremasi reliknya disimpan di Vihara tersebut.
“Guru-guru dari Myanmar reliknya juga banyak yang disimpan disini,” kata dia.
Di dalam Vihara itu, juga ada sebuah patung Buddha tidur atau The Sleeping Buddha berwarna emas. Berukuran panjang delapan meter, sebelum pandemi tempat itu merupakan tempat favorit pengunjung untuk mengabadikan momen dalam sebuah foto.
Tepat di sebalah patung Buddha Tidur itu juga terdapat patung lima murid pertama Sang Budhha. Kolam-kolam ikan berhias bunga teratai menambah suasana asri vihara itu.
‘Aku bertekad, walaupun kulitku, uratku dan tulangku yang terisisa dan walaupun daging dan darahku mengering dalam tubuhku. Aku tidak akan mengendurkan usahaku sebelum aku mencapai apa yang dapat dicapai dengan kekuatan manusia, dengan kegigihan manusia, dengan usaha manusia,’ salah satu pesan tertulis dalam patung lima murid pertama Sang Buddha (Samyutta Nikaya 21.3).
Sementara itu, dari sisi arsitektur bangunan, vihara tersebut berbentuk pagoda bernama Patirupaka Shwedagon Pagoda. Pagoda itu menyambut pengunjung ketika di pintu masuk vihara. Pagoda tersebut merupakan replika dari Shwedagon Pagoda di Myanmar yang diresmikan tahun 2003 lalu.
Setelah itu akan disambut dengan jajaran pohon mojo yang kental akan sejarah. Pohon itu tumbuh subur diantara pesan pesan suci yang tertulis di tiang setinggi satu meter di halaman vihara tersebut. Berkembangnya vihara itu, tak lepas dari kontribusi besar terhadap perkembangan Vihara Dhammadipa Arama. Oleh sebab itu, pesan kedamaian akan terus disebarkan ke pada semua umat.
Aktivitas religi begitu kental dirasakan dalam Vihara Dhammadipa Arama. Suasana yang tenang membuat pengunjung merasa damai memasuki rumah ibadah tersebut.
Sebelum memasuki vihara, gapura unik dengan patung dua arca tampak menghiasi rumah ibadah tersebut. Disampingnya juga tertulis tata tertib didalam vihara, seperti dilarang membunuh semua jenis makhluk hidup, dilarang berbicara keras, bebas asap rokok dan lainnya. (Ananto Wibowo)