Malang – Banyak kisah inspiratif di tengah pandemi. Lahir dari pelosok. Jauh dari hingar-bingar dan hiruk-pikuk perkotaan. Kali ini kisah kelompok pemuda milleneal Desa Wonosari (Gunung Kawi), Kabupaten Malang. Dance Original New Born (ONB)
“Saya sejak SMP kelas 1. Menekuni dancer,” tutur Wakil Ketua Klub Dance Original New Born (ONB) Gerald Okta. Ia sejak kecil sudah menyukai seni.
“Saya mulai kecil sudah tertarik hal-hal yang berbau seni. Seiring berjalannya waktu, di lingkup lingkunganku tidak ada yang berkecimpung dalam dunia tari. Sampai akhirnya hobi menariku terpendam. Saat SMP ada acara wisuda. Aku dan kedua temanku nekat menampilkan tarian baru. Mengkolaborasikan tari tradisional dan modern. Saya ikut dan berjalan hingga sekarang,” paparnya.
ONB kini mempunyai 8 anggota. Aktif berkegiatan latihan dan melayani order menari. Gerald mengatakan, ONB didirikan oleh Yeni Fahjrianti, alumni dari Chiekiezie Kepanjen.
“Awal pertama dipelopori Mbak Yeni Fahjrianti. Alumni dari Chiekiezie Kepanjen,” tukas Gerald. Ia mengaku merasa senang ikut klub dance karena bisa menyalurkan emosi.
“Dari dance, kita bisa menyalurkan emosi. Bisa kita luapkan. Kita bisa melupakan kesedihan, bisa sharing tentang segala hal. Bisa melatih kreatifitas membuat suatu gerakan baru. Kita bisa belajar untuk memanage waktu dengan benar. Supaya waktu yang kita jalani bisa berguna,” imbuhnya.
Sementara ini, ONB masih vakum. Karena terkendala pandemi covid-19. “Saat ini masih terkendala covid. Jadi informasi yang kita dapat juga kurang. Club/komunitas yang ada juga masih membatasi untuk open member baru,” jelas Gerald.
Ia menjelaskan: Banyak manfaat dirasakan dengan ikut ONB. ” anfaatnya bisa menjadikan kita lebih pintar menghargai waktu. Bisa menjadikan kita disiplin, tepat waktu, tegas, kreatif. Masih banyak hal lagi manfaat yang kita dapat dari dance,” urainya.
Perjuangannya menggeluti dance berbuah manis. “Alhamdulillah dari SMP sudah dapat reward. Juara 2 Modern Dance SMK Malvocs, Juara 3 Modern Dance BRI Simpedes se- Malang Raya, Juara 1 Tari Kontemporer Bonderland, Juara 2 Modern Dance Maret Funtasio se-Malang Raya,” tukasnya.
“Ada moment yang mengesankan. Saat tampil di hadapan Bupati Malang, Bapak Sanusi. Saat peresmian Wisata Edukasi Kopi Merah Jambuwer. Selain itu, suatu hari saya pernah tersandung karpet yang ada di panggung. Atraksinya kurang sempurna, sampai kepala terbentur ke lantai,” ungkapnya.
Belum bisa jadi profesi tetap. Tapi honor dancer bisa untuk jajan. ”Kalau urusan nafkah mungkin belum bisa. Tapi kalau dibuat sampingan dan diberi bonus saat tampil mungkin bisa. Berdasarkan pengalaman kemarin, kita jadi backdancer mbak Intan Chacha dan diberi uang bonus. Ya lumayan bisa dibuat jajan,” jelasnya.
Ia bertekad memajukan ONB. Agar makin berkembang dan maju. “Pastinya, semua sudah diatur sama Tuhan. Kita tinggal mengikuti alur saja. Tapi rencana ke depan, kita mau bangkit lagi. Mewujudkan impian-impian yang belum terlaksana. Prestasi makin banyak, makin sukses, makin berjaya, makin banyak ilmunya. Bisa dikenal masyarakat lebih luas lagi. Biar tahu kalau di Wonosari juga ada pemuda pemudi yang punya bakat dance,” pungkas Gerald (*jan)