Malang Post – Kolaborasi alunan musik tradisional dan musik modern beresonansi apik dan enak didengar. Irama musik itu karya mahasiswa Program Studi Seni Tari dan Musik (PTSM) Universitas Negeri Malang (UM).
Irama musik itu mengiring tarian yang juga karya temannya di PTSM. Gebyar karya cipta mahasiswa PTSM semester VI (angkatan 2020) ini digelar di Graha Cakrawala UM, Rabu (24/5).
Pertunjukkan luring ke XIV kali ini merupakan yang pertama setelah tiga tahun vakum karena pandemi.Covid-19. Pertunjukkan ini mendapat apresiasi dari para orangtua mahasiswa yang tampil, mahasiswa luar kampus UM, para pelajar, seniman dan lainnya.
Ketua Departemen Seni dan Desain UM, Dr Wida Rahayuningtyas, pertunjukan ini merupakan tugas akhir dari dua mata kuliah bagi mahasiswa semester VI. Yaitu manajemen produksi dan seni pertunjukan, serta penyajian seni pertunjukan.
Dosen pangampunya masing-masing Dr Endang Woro Suprihatin MPd dan Hartono SSn.MSn.
Temanya pertunjukan kali ini “Eclipse Journey Of Exito”. “Pertunjukan kali ini menyajikan karya mereka secara berkelompok sebagai tugas akhir dua mata kuliah,” ujar Hartono.
Ada 94 mahasiswa dan kemudian dibagi 6 kelompok. Masing-masing kelompok menyajikan karyanya sesuai kewilayahan. Kali ini ada Sumatera, Jabar, Jateng/DIY, Jatim, Kalimantan dan Indonesia Timur.
“Mereka berkreasi pada kearifan lokal setempat. Kalau Sumatera, ya harus berpegangan pada seni musik dan tari Sumatera. Begitu juga Jabar, ya harus Jabar, dan seterusnya,” papar Hartono.
Yang menarik, saat mahasiswa semester VI sebagai penyaji pertunjukkan, maka yang menjadi EO-nya adalah adik kelas semester IV (angkatan 2021). Berlabel EO D’Semut.
“Jadi untuk mata kuliah Manajemen Produksi dan Pertunjukkan ini dilakukan oleh mahasiswa angkatan 2021 yang berjumlah 93 orang. Mereka bertindak sebagai EO untuk pertunjukkan kakak kelas mereka angkatan 2020,” tambah Dra Endang Woro Suprihatin MPd, Dosen Pengampu Matkul Manajemen Produksi dan Pertunjukkan di sela acara.
Dikatakan Woro, kegiatan ini rutin digelar setiap tahun. Namun sejak pandemi Covid-19 dilakukan secara daring lewat youtube. Tahun ini diadakan lagi secara luring dengan disaksikan penonton sebagai apresiator.
Dia katakan, lewat event ini, mahasiswa matkul ini belajar menjadi EO. Mulai persiapan, pengorganisasian dan pelaksanaannya selama satu semester. Mereka yang menjadi panitia inti ini juga memiliki anggota di bawahnya.
“Bagi dosen, penilaiannya ya sejak dari perencanaan bagaimana, pelaksanaannya apa sesuai perencanaan, kalau ada masalah, apa bisa ditangani. Ada penilaian di tiap job desknya,” jawab Woro.
Jika ada adik tingkat yang ikut untuk “nyantrik” di matkul ini, maka mereka akan mendapatkan tambahan nilai di matkul Entrepreurahip Pertunjukkan pada semester depan. Sebab, mereka akan jadi panitia tahun depan. “Maka dia sudah bisa tahu bagaimana mengadakan pergelaran, apa yang harus dilakukan dan sebagainya,” ujar Woro.
Ditambahkan Dr Tri Wahyuningtyas SPd MSi, Dosen Penyajian Seni Pertunjukkan menyatakan, yang mereka sajikan adalah menggabungkan unsur drama, tari dan musik.
Tiga unsur ini mewakili prodi PSTM. Mahasiswa menyajikan tarian Nusantara dari enam daerah mewakili Indonesia. Alasan menampilkan ini karena beberapa gerak dari studi mata kuliah praktik sudah pernah dipelajari.
“Untuk sajian Indonesia Timur tidak diwakili salah satu etnis. Tetapi mengemas satu sajian pertunjukkan tari dan musik etnik di Indonesia Timur,” jelasnya.
Dalam pertunjukan kemarin, sebanyak 48 mahasiswa terlibat di tari dan 88 mahasiswa di musik. Sebab ini penggabungan dari dua konsentrasi yaitu musik dari tari. Tampil mengawali pertunjukan kelompok Sumatera lewat gerak tari dan musik berjudul “Pusako Talupoan”.(Eka Nurcahyo)