Malang – Saffron atau kuma-kuma memang cukup populer sebagai suplemen kesehatan. Selain itu, rempah yang satu ini juga terkenal dengan harganya yang fantastis. Saffron dapat bernilai hingga $10 ribu per kilogramnya. Tak heran jika banyak orang yang menjadikan saffron sebagai ladang bisnisnya.
Dilansir dari VOA, Di kawasan Qaziabad, suatu daerah kecil di distrik Tani di Provinsi Khost, Afghanistan timur, sejumlah pakar pertanian lokal mendidik para petani tentang keuntungan finansial menanam dan mengembangkan saffron atau kuma-kuma. Fazal Rahim, salah seorang pakar saffron mengatakan, para pakar ingin petani mempraktekan budidaya terbaik untuk produk mahal ini.
“Di Tani, sebagaimana juga di distrik-distrik lain, kami mendidik dan bekerja bersama mereka secara langsung untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya saffron atau kuma-kuma, dan mengajarkan praktik-praktik terbaik untuk menanam dan mengembangkan produk yang menguntungkan ini,” kata Fazal Rahim
Saffron atau kuma-kuma adalah sejenis bumbu yang berasal dari bunga crocus sativus atau saffron crocus, yang merupakan salah satu rempah utama dalam masakan Asia dan negara-negara di sekitar Laut Tengah. Tanaman ini biasanya tumbuh di Eropa, Iran, dan India.
Petani setempat, Qazi Mohammadi, telah menyisakan setengah hektar lahannya untuk ditanami saffron. Ia ingin mencoba menanam kunyit karena gandum, jagung dan tanaman-tanaman lain yang ditanamnya selama 20 tahun ini tidak memberinya pendapatan yang cukup.
“Mungkin lebih baik kami menanam saffron karena tanaman lain tidak memberi kami pendapatan yang cukup. Yang bisa saya katakan adalah jika ini berhasil, seluruh daerah akan mulai membudidayakannya dan ekonomi di daerah ini akan membaik,” ujar Qazi.
Tingginya harga saffron menjadikannya sebagai salah satu rempah paling mahal di dunia. Meskipun saffron sudah sejak lama menjadi bagian dari tradisi Asia Tengah, rempah ini baru mulai berkembang di dunia Barat.
Para petani dan pejabat lokal di distrik Tani ini berharap saffron dapat menggantikan dua tanaman komersil lain, yaitu opium dan mariyuana.
“Yang baik di daerah ini adalah tidak ada orang yang menanam opium. Jika saffron bisa memberikan pendapatan lebih baik dibanding opium dan ganja, saya yakin orang-orang di daerah lain juga akan berhenti menanam tanaman haram seperti opium dan ganja,” ujar Qazi.
Keuntungan lain menanam saffron adalah tidak diperlukan banyak air untuk membudidayakanya. Hal ini sesuai dengan kondisi Provinsi Khost yang dikenal kerap dilanda gelombang panas dan tidak memiliki cukup curah hujan. Dalam tujuh tahun terakhir ini Departemen Pertanian di Provinsi Khost telah menggalakkan penanaman saffron dengan menyediakan bibit dan pelatihan untuk menanam rempah paling mahal di dunia ini. (voa/anw)