PLASMA Konvalense untuk Walikota Sutiaji Dkk bisa saja diberikan sebagai alternatif perlawanan terhadap covid-19 yang tengah diderita. Darah itu hasil donor para penyitas (sembuh dari covid-19). Lazim diberikan kepada pasien berat atau orang-orang penting. Korea Selatan yang memulai. Bahkan sebagai langkah utama penanganan. Indonesia pun, kini lazim memakai. Disebut; TPK (Terapi Plasma Konvalense). Tingkat keberhasilannya sangat tinggi.
Tidak ada ukuran baku; terhadap pasien seperti apa TPK itu diterapkan. Tapi untuk Sutiaji, dia adalah orang penting. Apalagi bersama anggota keluarga, sejumlah pejabat dan Aparatur Sipil Negara dari Balaikota Malang yang terpapar. Bukan saja karena cinta, lebih dari itu, dalam peran penyelenggara pemerintahan kota, mereka harus selalu dalam keadaan sehat, siap melayani rakyat.
Sayangnya darah plasma itu langka. Kalau ada, nyaris tidak pernah menginap di PMI. “Terpakai terus. Sedangkan penyitas, tidak otomatis donor begitu sembuh,” kata petugas kompeten. Hal ini dibenarkan oleh pengusaha Mardigu Wowiek. Pesohor itu bulan lalu terpapar. Dan terapi plasma konvalense diterapkannya kepadanya. Sembuh. “Saya langsung donor sebagai giving back saya,” katanya kepada DI’sWay Malang Post.
Sampai tadi malam, Sutiaji dkk masih isolasi mandiri. Penanganan medisnya masih seputar peningkatan imunitas. Kalau sudah cukup, tidak perlu TPK. “Kelak, kalau sudah sembuh –mohon doanya– tentu beliau semua bersedia donor plasma demi penanganan covid, ” ujar Kabag Humas Pemkot Malang, Nur Widianto. (ekn)
>>>>Selengkapnya di Harian DIs Way Malang Post edisi Kamis (3/12)