Malang Post – Hujan deras yang menguyur Kota Malang, menimbulkan banjir di Flyover Kotalama dan Jalan Jupri (Mergan Talang). Warga pun mengeluh, saat melintas di kawasan tersebut.
Salah seorang warga Kotalama, Herman (57) menuturkan, banjir itu muncul justru ketika PT KAI memperbaiki bantalan rel KA. Sementara drainase di sekitaran flyover kurang berfungsi.
Belum lagi kawasan tersebut jauh dari aliran sungai. Sehingga genangan air tidak mendapatkan jalan, yang pada akhirnya menggenangi Jalan Raya. “Semoga Pemkot dalam hal ini DPUPRPKP, segera melakukan perbaikan drainase di kawasan sini,” tutur Herman.
Yang justru mengecewakan adalah banjir yang terjadi di kawasan Mergan Talang. Padahal sudah ada pembangunan drainase sudetan baru. Tapi justru tidak mengurangi debit airnya. Malah semakin deras arusnya.
“Yang salah ini airnya apa orangnya ya. Warga memaksakan diri melintas di sini, nyaris hanyut terbawa arus. Sejatinya pekerjaan drainase ini rancangannya seperti apa. Kok tidak memberikan manfaat pasca dibangun,” ujar Rudi, salah seorang warga setempat.
Keluhan persoalan genangan air (banjir) di dua lokasi tersebut, sempat viral dan ramai di media sosial. Beragam celotehan atau tuduhan maupun hujatan dari netizen, menghiasai halaman komentar.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala DPUPRPKP Kota Malang, Dandung Djulharjanto menjelaskan, sudetan drainase di Jalan Jupri dan Kelapa Sawit serta di Dieng. Upaya mengurangi luapan muka banjir di kawasan Kelurahan Bareng.
“Termasuk di wilayah Tanjungrejo serta Jalan Raya Langsep.
Usulan sudetan drainase ini, masuk dalam pembahasan tim pertimbangan percepatan pembangunan daerah. Luapan air di Mergan Talang tersebut, karena pekerjaan di Kelapa Sawit belum selesai. Ditambah pintu pembuangan airnya ke sungai Metro, belum dibuka,” jelas Dandung, Selasa (13/12/2022).
Sedang banjir yang terjadi di Flyover Kotalama, diakuinya, di kawasan itu sebenarnya sudah ada saluran drainase, yakni didekat pertigaan. Tapi kondisinya kian tertutup, lantaran dilintasi rel KA menuju arah di RS Panti Nirmala. Dan jalan itu menjadi kewenangan pusat, karena jalan nasional.
“PT KAI masih belum memberikan izin pembenahan saluran di bawah rel KA tersebut. Sehingga DPUPRPKP berupaya membuat saluran menuju arah Kelenteng. Guna mengatasi genangan air di Flyover Kotalama tersebut,” ungkap dia.
Sementara yang di Ciptomulyo, sedang direncanakan untuk membalik arah aliran menuju sungai di Janti. Pun pembuatan sudetan drainase di Jalan Dieng, juga ditujukan mengurangi genangan air di Jalan Bukit Barisan maupun di kawasan Bareng.
“Terkait keluhan warga Kelurahan Galunggung, untuk sementara waktu belum bisa merealisasikan. Kami baru melakukan sudetan pada 2025 nanti. Disamping itu, proyek Jacking masih terkendala hukum yakni di Arbitrase Nasional Indonesia (BANI),” ujar Dandung.
Menurutnya, kawasan banjir di Kelurahan Gadingkasri selama ini. Pada 2025 nanti, akan disudet mulai dari Sumbersari ditarik ke Jalan Bandung, lantas dibuang ke Sungai Brantas. Jika dibuang ke selatan, terhalang pembangunan sekolah Bhakti Luhur.
“Namun begitu, kami masih berupaya di tahun depan, akan menyambungkan ke perempatan Dieng menuju arah sungai depan bakti luhur. Atau menjadi satu menuju ke Terusan Dieng yang sekarang dibuat saluran drainase,” paparnya.
Terakhir, masterplan drainase yang dibuat sebagai acuan rehabilitasi dan pembangunan drainase di Kota Malang. Dengan demikian, penyelesaian drainase dilakukan secara bertahap.
“Kami pun akan berupaya mengerjakan pekerjaannya tidak lagi di triwulan 3, diharapkan triwulan 1 tender sudah berlangsung dan segera dilakukan pengerjaan,” pungkasnya. (Iwan – Ra Indrata)