Malang – Raden Ajeng Kartini, terlahir di Jepara, 21 April 1879. Wafat di Rembang, 17 September 1904, adalah seorang tokoh dan pahlawan nasional. Pelopor kebangkitan perempuan pribumi, yang fenomenal lewat lewat pemikiran-pemikirannya dalam ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’ (1922).
Selang 116 tahun sejak beliau wafat, api semangatnya masih tetap mengakar. Utamanya sumbangsih kaum hawa di Tanah Air. Pun di bidang keolahragaan seperti sepak bola. Salah satunya adalah sosok Siti Sumarni, S.Pd., yang sudah malang melintang sebagai pelatih sepak bola dan futsal putri. Tak hanya di kawasan Malang Raya. Juga Jawa Timur. Dia kini tercatat sebagai satu-satunya wanita, yang memilih menjadi pelatih sepak bola dan futsal. Tak terhitung jumlah pemain yang pernah dia didik. Mereka banyak membela tim-tim LIga 1 Putri. Termasuk Arema FC. Bahkan menembus Timnas Indonesia Putri di semua level usia.
Bahkan sukses tim Arema FC Putri, masuk semifinal kompetisi Liga 1 Putri 2019, tak lepas dari peran besar wanita kelahiran Semarang, 10 Juli 1968, yang sejak kecil hingga kini berdomisili di Malang. Apalagi 75 persen kekuatan tim berjuluk Ongis Kodew (Arema FC Putri, Red) tersebut, merupakan pemain binaannya. Sejak di Persema Malang Putri dan Persekam Malang Putri.
‘’Membina sepak bola putri itu, gampang-gampang susah. Meski sejatinya pembinaan, kompetisi dan prestasi sepak bola wanita Indonesia, seakan mati suri. Alias tak bersunguh-sungguh. Untuk membangun dan memajukan prestasi sepak bola wanita Indonesia, harus dibuat pembinaan dari usia dini. Jangan berharap ada prestasi Timnas Indonesia Putri semua level, jika tidak ada pembinaan pemain muda,’’ ujar wanita yang juga Guru Olah Raga pada SDN Bulupitu, Gondanglegi, Kabupaten Malang tersebut.
Genap 22 tahun -sejak 1998- berkiprah di dunia persepakbolaan putri, Siti Sumarni mengakui, perhatian dan minimnya anggaran, serta kompetisi yang belum terkoordinasi baik, membuat perkembangan sepak bola putri di Tanah Air, jalan di tempat.
Dia uraikan, membina sepak bola putri, tidak sama dengan sepak bola kaum pria. Baik tantangan, kendala maupun lain-lainnya.
‘’Membina sepak bola dan pesepakbola putri itu, intinya diharamkan patah arang. Apalagi putus asa di tengah jalan. Meski kendalanya lebih banyak karena faktor non teknis di luar sepak bola. Selama 22 tahun melatih enam tim di Malang -termasuk Arema Putri- seringkali kehilangan pemain bagus, yang sudah lama dilatih,’’ jelasnya.
‘’Seperti, ketika mendapat kerja, tidak ada lagi dispensasi waktu dari kantornya, untuk berlatih atau bertanding. Juga ketika pemain tidak mendapat izin melanjutkan karir, oleh pacarnya atau suaminya. Saya maklum. Memang kenyataannya dunia sepak bola putri belum menjanjikan apa-apa,’’ tuturnya kepada DI’s Way Malang Post.
Alumni IKIP Budi Utomo (IBU), Kota Malang, S-1 Fakultas Ilmu Eksakta dan Keolahragaan tahun 1994 itu, sejak tahun 1998, tercatat menukangi enam tim sepak bola putri. Masing-masing tim Persekam Kabupten Malang Putri (Metro FC, Red) tahun 1999-2011, Banteng Muda Putri Kota Malang tahun 2011, Tim Jawa Timur U16 (2016), Persema Malang Putri (2017-2019), Arema FC Putri (2019/asisten pelatih) dan kini tengah menyiapkan Tim Sepak Bola Putri Porprov Kota Malang.
Juga sebagai pengurus Askab PSSI Kabupaten Malang (2006-2014) dan sejak 2016 hingga sekarang, masuk jajaran pengurus Asprov PSSI Jawa Timur.
Sebagai pelatih, sederet even kerap dikutinya. Sebut saja Kejurnas Sepak Bola Putri U16 2016, Turnamen Sepak bola dan Futsal Wanita Piala Bude Karwo 2011-2019 dan Piala Pertiwi.
Kemudian runner up Liga Nusantara 2017, bersama tim putri IKIP Budi Utomo Malang, membawa Banteng Muda Putri Kota Malang di Indonesia Women Pro Futsal League 2019 dan Arema FC Putri sebagai semifinalis Liga 1 Putri 2019.
‘’Sepak bola wanita di Indonesia ingin maju, harus ada kesetaraan dalam banyak hal dengan sepak bola pria. Ya itu sesuai dengan perjuangan RA Kartini. Emansipasi sebagai kesetaraan bagi seluruh perempuan Indonesia. Untuk dapat terus berkarya di segala bidang, yang sudah diperjuangkan oleh beliau pada zamannya,’’ ujarnya.
‘’Dalam hal ini sepak bola, khususnya di Jawa Timur dan Malang, banyak talenta sebagai pemain nasional kelak. Namun ya itu tadi, untuk sepak bola wanita, anggaran selalu minim. Kompetisi tidak berjenjang dan tidak terkoordinasi bagus. Itu yang saya cermati dalam 22 tahun terakhir,’’ imbuh Sumarni.
Sumarni juga pernah memberikan gelar juara bagi Banteng Muda Putri Malang, yang tampil sebagai juara Turnamen Futsal Putri Piala Bude Karwo se Jawa Timur tahun 2012. Juara sepak bola putri Kartini Cup 2015 bersama Persema Malang Putri di Kediri.
Ia hanya lupa, berapa banyak pemain asal Malang yang pernah dilatihnya, pernah dan masih aktif membela semua level Timnas Indonesia saat ini. Karena banyaknya. Juga beberapa pemain binaanya ada di banyak klub Liga 1 Putri 2019 lalu. (act/rdt)
Biodata :
Nama : Siti Sumarni, S.Pd
Lahir : Semarang, 10 Juli 1968
Domisili : Bulupitu, Gondanglegi, Kabupaten Malang
Pekerjaan : Guru Olah Raga SDN Bulupitu, Gondanglegi, Kabupaten Malang
Alumni : IKIP Budi Utomo (IBU), Kota Malang, S-1 Fakultas Ilmu Eksakta dan Keolahragaan tahun 1994
Karir pelatih sepak bola dan futsal :
Tim Futsal Putri Porprov Kota Malang (2020/futsal)
Arema FC Putri (2019/asisten pelatih/sepak bola)
Tim Jawa Timur Putri U16 (2016/sepak bola)
Persema Malang Putri (2015-2018/ sepak bola dan futsal)
Banteng Muda Putri Malang (2012-2014 sepak bola dan futsal)
Persekam Malang Putri (1998-2012 sepak bola dan futsal)