
Dehydrator IoT. (ist)
Malang – Salah satu penyumbang emas di Pimnas ke-33 dari kontingen Universitas Brawijaya (UB) adalah tim yang diketaui Firdausi. Timnya terdiri dari multi keilmuan. Membuat inovasi tentang teknologi mesin dehydrator bunga talang berbasis IoT.
Firdausi merupakan mahasiswa Fakultas Pertanian, jurusan Budidaya Tanaman. Timnya beranggotakan 4 orang. Yaitu, Delia Novrianti dan Taufik dari jurusan Teknik elektro, Fikriya Novita Sari dari jurusan Biologi FMIPA, dan Johan Ramadhan dari jurusan desain animasi Vokasi. Timnya dibawah bimbingan Dr. Budi Waluyo, SP.,MP.
Mesin ini dikonsep untuk membantu petani bunga telang yang kesulitan mengeringkan produksinya saat musim hujan. Padahal, petani panen bunga telang setiap hari. Namun, pada musim hujan harus berhenti produksi karena tidak tersedia sumber energi untuk mengeringkan,
Dengan adanya mesin dehydator ini, kata Firdausi, petani mampu memproduksi bunga telang kering setiap hari. Mereka tidak akan tergantung pada musim kemarau saja.
Selain itu inovasi mereka juga dapat mengendalikan kualitas antosianin bunga telang kering. Bunga telang kering yang dihasilkan dari dehydrator memiliki warna biru lebih pekat mendekati aslinya.
“Hasil itu didapat karena kami mendesain mesin ini agar dapat menginaktifasi enzim polifenol oksidase pada bunga telang saat proses pengeringan. Enzim ini jika dibiarkan aktif akan merusak antosianin bunga telang, sehingga kualitas bunga telang kering menurun dan harganya jadi rendah,” papar Firdausi.
Dijelaskannya, di UB terdapat payung penelitian tentang bunga telang yg dilakukan sejak tahun 2017. Sebelumnya pada tahun 2019, timnya juga berlaga di Pimnas ke-32 di kelas Penelitian Eksakta. “Saat itu, kami meneliti plasma nutfah bunga telang dari seluruh Indonesia yang memiliki kualitas antosianin terbaik serta hasil panen yang tinggi. Pada tahun ini kami berhasil membuat konsep alat pengering bunga telang yang disebut dehydator,” ujarnya.
Dehydator memiliki konsep pengeringan yang berbeda dibanding oven atau microwafe. Kalau oven dan microwave itu membuat produk jadi mateng atau masak, tetapi tidak membuat kering. Selain itu, ada beberapa nutrisi yangg berubah. “Sedang dehydator kami konsepnya adalah mengeringkan dan mempertahankan kualitas nutrisi bunga telang kering yang dihasilkan,” urainya.

Dehydator ini jika diproduksi juga bisa digunakan untuk mengeringkan komoditas pertanian lain seperti cabai ataupun buah-buahan. Dan ini merupakan dehydator pertama kalinya yang diciptakan oleh putra-putri daerah bangsa Indonesia untuk menyongsong industri 4.0 yang sedang gencar dikembangkan.
“Kami juga mendesain dehydator terintegrasi dengan internet, atau biasa disebut internet of things (IoT) agar lebih mempermudah petani dalam mengoperasikan dan mengontrol proses pengeringan melalui jarak jauh secara real-time,” jelas Firdausi. (roz/ekn)