Malang Post – Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Malang Bidang Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat, sangat menyayangkan dan kecewa pada Pemerintah RI dengan naiknya harga komoditas bahan kebutuhan pokok.
Yaitu minyak goreng (migor) dan pertamax hingga memicu kesengsaraan masyarakat, karena masih rendahnya daya beli.
Pemerintah belum tuntas menangani kenaikan harga migor, kini masyarakat dikejutkan dengan naiknya pertamax. Masih juga muncul isu harga LPG 3 kg yang akan dinaikan pemerintah.
“Kita bisa pahami bersama jika BBM dan gas naik, maka otomatis diikuti kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok lainnya,” tegasnya.
Harga LPG 3 kg selama ini disubsidi pemerintah. Apabila harga pertamax naik, harga komoditas lain bisa naik pula.
“Pertamax yang harganya menjadi Rp 12.500/liter, sangat mungkin memicu konsumen beralih ke Pertalite yang disubsidi dengan harga Rp 7.650/liter,” ungkap Ongki Sanjaya, Ketua Bidang Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat HMI Malang.
Menurutnya, pemerintah perlu melakukan mitigasi yang tepat atas kenaikan harga Pertamax dan LPG 3 kg. Karena, dengan selisih harga yang begitu jauh, pengguna Pertamax yang beralih ke Pertalite akan membuat kuota BBM bersubsidi ini cepat habis.
Sehingga pemerintah dengan ini kembali menyediakannya kuota sangat banyak. Akhirnya, APBN 2022 yang memiliki prioritas belanja seperti penanganan pandemi, pemulihan ekonomi, serta perlindungan sosial bagi masyarakat miskin dan rentan, akan dikesampingkan. Maka kesejahteraan masyarakat akan dikesampingkan.
Pemerintah harus cermat dan betul-betul menelaah lebih tajam kebijakan menaikkan harga Pertamax dan LPG 3 kg.
“Saya kira persoalannya bukan saja pada penyesuaian atas harga keekonomian secara global. Namun yang juga lebih penting adalah menyesuaikan jarak harga komoditas bersubsidi dengan yang nonsubsidi tidak terlalu jauh.”
“Jika selisih harga Pertamax dan Pertalite saja hampir setengah harga, maka migrasi konsumen sangat mungkin terjadi. Disinilah peran negara mengatur agar perekonomian berjalan dengan baik dan lancar.”
“Saya berharap pemerintah melihat kondisi kami, yaitu masyarakat. Belum lagi susahnya hidup yg dijalani karena pandemi. Kali ini masyakarat dikagetkan begitu saja dengan kenaikan harga BBM dan beberapa bahan pokok.”
“Seharusnya pemerintah lebih bijak lagi dalam menangani masalah perekonomian masyarakat. Sehingga masyarakat dapat lebih sejahtera kedepannya Kalau bisa harganya diturunkan kembali agar saya beli masyarakat bisa bangkit pasca pandemi ini,” pungkas Ongki Sanjaya.
Salah satu warga terdampak adalah Siti (55). Warga Desa Pakisaji ini, sehari-harinya jualan makanan gorengan. Dia sangat kebingungan atas naiknya harga migor dan BBM. Dia kesulitan jualan daganganyan. Jika dinaikan harganya, bisa sepi pembeli. (yon/yan)