Malang Post – Apresiasi bagi seorang alumni Universitas Islam Malang (Unisma). Pasalnya, telah melakukan inovasi di bidang kedelai. Kedelai menjadi fokus utama dalam riset ini, karena merupakan jenis kacang yang paling populer di Indonesia. Produk kedelai memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan.
Bahkan kedelai atau _glycine max_ yang telah lama dimanfaatkan untuk bahan baku pangan ini, memiliki potensi nutrisi yang kaya untuk bahan perawatan tubuh alami. Hanya saja di Indonesia belum banyak dikembangkan.
Berkat riset ini, Mela Nurvita Rahma memperoleh kesempatan beasiswa di Korea Selatan. Dia studi banding produk inovasi di bidang perawatan tubuh. Inovasi berbasis _natural derived_ pada komposisi produk perawatan spa. Memiliki keunggulan yang banyak. Salah satunya dapat bertahan tanpa penambahan bahan kimia yang tidak dibutuhkan tubuh.
Dikutip dari siaran pers Unisma beberapa waktu lalu, Rektor Unisma Prof Dr Maskuri MSi menjelaskan. Awalnya, Mela Nurvita Rahma adalah salah satu alumni mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dabn Sastra Indonesia (PBSI) tahun 2018.
Dia pernah memperoleh dukungan sponsorship untuk didelegasikan ke Korea Selatan. Agar dapat memenuhi beasiswa internship yang sebelumnya telah diseleksi dari ribuan mahasiswa dari seluruh PTN dan PTS di Indonesia.
Ini adalah bukti nyata, di mana pun alumni Unisma berada, akan tetap memperoleh apresiasi melalui progam-program berkelanjutan. Sehingga terus meningkatkan kualitas diri dengan prestasi.
“Ini adalah salah satu kebanggaan kam. Sangat menarik, apa yang dilakukan alumni kami ini. Dia mengembangkan produk _spa & nutrition_ berbasis riset,” jelas Prof Maskuri.
Sementara itu, Mela Nurvita Rahma menjelaskan latarbelakang risetnya. Berawal dari meningkatnya populasi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Mencapai 2,4 juta jiwa pada 2018 dan terus meningkat sampai angka 500 jiwa per tahun. Sesuai data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Sedihnya, hampir tiap tahun hingga 2021 jumlahnya terus berkembang. Ini menimbulkan keprihatinan. Maka perlu solusi edukasi pencegahan kelahiran spektrum autistik. Dengan memanfaatkan nutrisi kedelai yang membantu memenuhi kebutuhan protein anak berkebutuhan khusus.
“Berbekal ilmu psikolinguistik yang saya pelajari di PBSI, saya membangun pondasi program edukasi. Agar anak-anak berkebutuhan khusus semakin memiliki ruang untuk meningkatkan kualitas dirinya di tengah sosial masyarakat,” kata Mela.
“Salah satu yang menjadi konsentrasi saya adalah adanya tren skincare saat ini. Banyak perempuan yang mengesampingkan penggunaan bahan yang ada di dalam produk. Terutama ibu hamil dan menyusui. Sehingga meningkatkan risiko pengaruh terhadap janin saat di kandungan,” lanjutnya.
Rencana paling dekat, Mela memantau kondisi pandemi. Dia akan mengadakan program tahunan Braincare. Untuk peningkatan kemampuan penanganan anak berkebutuhan khusus di dunia pendidikan maupun umum. Harapannya anak berkebutuhan khusus memperoleh ruang dan waktu yang sama seperti anak-anak lainnya. Karena mereka punya potensi yang luar biasa apabila ditangani dengan tepat.
Semua itu dimulai dari kesadaran nutrisi yang dibutuhkan. Apalagi di Malang Raya sendiri kedelai juga banyak dibudidayakan.
“Saya senang program ini banyak dukungan serta apresiasi. Terutama dari kampus dan Prof Dr Maskuri MSi. Kemudian Kementrian Industri Kreatif serta instansi pemerintahan setempat”, tegasnya
Saat ini, produk yang sudah ada dikembangkan menjadi berbagai inovasi produk. Dimulai produk spa, produk diet dan sekarang merambah ke produk kecantikan yang berbahan alami dan aman untuk kedepannya. “Termasuk upaya mengurangi risiko dampak kelahiran aspektrum autisme,” pungkasnya. (yan)