Malang – Wisatawan saat ini, bukan sekedar butuh tempat refreshing. Tapi butuh destinasi wisata yang berkarakter. Karena wisata sudah menjadi gaya hidup. Life style. Mau yang back to nature, atau heritage.
Kampung Tradisional Mbah Boirin. Mungkin bisa dicoba. Lokasinya di Pantai Ngliyep Donomulyo Kabupaten Malang. Belum banyak diketahui orang. Meski masih murah meriah, tapi sudah full edukasi. Menyuguhkan nuansa kehidupan desa yang tradisional dan sederhana.
“Kami mengkonsep destinasi wisata edukasi kampung tradisional Mbah Boirin di Desa Kedung Salam, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang yang berada sekitar 5 km sebelum pantai Ngliyep,” tutur Founder Muhaqqy Fahmi Al Haq.
Kampung tradisional ini, dibuka sejak Oktober 2020. Pendirinya adalah Fahmi bekerjasama dengan Sutjipto, Pandri dan Mbah Boirin. Mengusung konsep wisata dengan unsur edukasi yang simpel dan sederhana. Wisatawan bisa singgah, setelah berjalan-jalan atau berenang di pantai Ngliyep.
Wisatawan bisa mampir di homestay dengan budget keluarga. “Hanya ganti biaya makanan yang dipesan. Jika berkenan meninggalkan donasi seikhlasnya. Pada dasarnya tidak dipungut biaya jika hanya mampir,” jelas Fahmi.
Ada beberapa spot indah untuk berselfie. Seperti di atas bukit, di depan rumah kuno dan di dapur bersuasana tradisional tempo dulu. Dengan alat masak sederhana ala desa. Salah satu contoh adalah memasak dengan bahan kayu bakar. Harapannya, anak muda di kota tahu betapa berat perjuangan orangtuanya dulu. Mereka patut bersyukur dengan kondisinya saat ini, yang hidup pada jaman serba canggih.
Harapan lain, perekonomian Ddesa Kedungsalam ikut terangkat, jika ramai wisatawan. Toko-toko milik warga akan banyak dikunjungi pembeli. “Ekonomi berbasis kreatifitas tumbuh dengan signifikan bermodal seadanya berbekal kreatifitas story telling,” terangnya.
Salah satu peserta prakerin di Griya Mint milik Fahmi, yakni Zaqi Ayuna. Siswi SMK Telkom ini, menceritakan pengalamannya usai berkunjung ke kampung tradisional Mbah Boirin Ngliyep bersama teman-temannya. Kamis 22 Oktober 2020, beserta guru pembimbing prakerin Fahmi berlibur ke Pantai Ngliyep.
“Setelah 2 jam di perjalanan, kami sampai juga di Pantai Ngliyep dan kami merasa terhibur disitu, ” tuturnya. Setelah puas bermain di pantai, mereka singgah di Wisata Kampoeng Mbah Boirin.
“Letak kampungnya tak jauh dari pantai. Untuk sampai kesana, kita melewati sebuah gang. Rumahnya diapit dataran tinggi. Membuat suasananya sangat nyaman, asri, udaranya masih segar. Di Kampoeng Mbah Boirin kami bisa beristirahat, beribadah dan makan siang. Di sini, pelopor membuat rangka rumah dengan menggunakan cor. Masih ada tungku api dari batu bata. Sangat mengesankan dan menyenangkan bisa berkunjung,” terangnya.
Tak lupa, gaya hidup wisatawan, yaitu berfoto di setiap sudut yang menarik. “Setelah Ashar Kita jalan-jalan di sekitar rumah dan naik ke dataran tinggi. Sebelum pulang tidak lupa Kami foto terlebih dahulu,” pungkas Zaqi. (*jan)