AMEG-Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Maliki Malang) menggelar halal bihalal virtual melalui zoom meeting dan streaming Youtube, Rabu (19/5/2021) pukul 10.00 WIB.
Halal bihalal tersebut dihadiri oleh Menteri Agama RI– Yaqut Cholil Qoumas, Pengasuh PP Bumi Sholawat Sidoarjo– KH Agoes Ali Masyhuri, Rektor UIN Maliki Malang– Prof Dr H Abdul Haris M.Ag serta para civitas akademika UIN Maliki Malang.
Tema yang diusung: Pembinaan Mental Spiritual ASN UIN Maliki Malang.
“Alhamdulillah UIN Maliki Malang telah melakukan hal-hal yang menurut kami semua sudah strategis. Dalam mewujudkan tugas pokok perguruan tinggi yaitu tri dharma. Dalam 3 tahun ini kita sudah menambah 19 guru besar dan insyaAllah dalam jangka dekat ini akan tambah 5 gubes lagi. Sehingga harapannya dapat menjunjung tri dharma perguruan tinggi dengan SDM yang unggul,” ujar Rektor UIN.
Prof Abdul Haris berharap, dapat menaikkan rating di dunia. Saat ini, pihaknya sedang melakukan kerjasama dengan lembaga yang berhubungan langsung atau dengan lembaga yang mendukung sepenuhya. Agar UIN Maliki dapat menjadi perguruan tinggi terbaik di dunia dan akhirat.
KH Agoes Ali Masyhuri dalam ceramahnya menekankan Pentingnya memupuk keikhlasan dalam hati.
Tanda seseorang benar-benar ikhlas dalam beramal ialah, segala yang dilakukan hanya diniatkan untuk meraih ridho Allah. Artinya, bukan pujian manusia yang diharapkan.
“Mohon maaf. Tidak ada pencitraan dan tidak dibungkus untuk kepentingan tertentu,” ia melanjutkan,
“Orientasi mereka hanya akhirat sehingga ikhlasnya tinggi.”
Pengasuh PP Bumi Sholawat, Sidoarjo ini menyatakan. Dengan kadar ikhlas yang sangat tinggi ini, meski orangnya telah wafat, amalnya tetap dapat dirasakan. “Orang lain masih membahasnya,” imbuhnya.
Selain itu, KH Agoes Ali Masyhuri juga menuturkan. Sebaik-baik manusia ialah mereka yang hidup dan matinya keramat.
Maksudnya, seseorang yang berjasa semasa hidupnya. Sehingga ketika wafat, masyarakat masih mengenang dan membicarakan untuk waktu yang sangat lama.
“Bukan hanya sekadar prestasi yang ditorehkan, tetapi ada prasastinya,” paparnya.
Sementara itu Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas mengulas singkat sejarah tradisi tersebut.
Halal bi Halal, adalah ijtihad salah satu ulama pendiri Nahdlatul Ulama, KH Abdul Wahab Chasbullah.
Pada Ramadhan tahun 1948, Presiden RI saat itu Ir Soekarno merasa risau.
Karena elit politiknya saling berseberangan dan tidak pernah bersepakat dalam majelis. Akibatnya, pertikaian terjadi di beberapa area di Indonesia, seperti Darul Islam, Tentara Islam Indonesia dan PKI di Madiun.
Mendengar kekhawatiran presiden, KH Wahab menyarankan mengadakan silaturrahim untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri. Namun, menurut Presiden Soekarno, kata silaturrahim tidak akan menarik minat para elit politik.
Ia pun meminta istilah lain. Setelah berpikir, KH Wahab menjawab bahwa saling bertikai itu dosa dan termasuk haram. Jadi, agar tidak dosa dan menjadi haram, maka harus dihalalkan. Maka, muncullah istilah halal bi halal.(*)