AMEG – Sekitar 10 hari, tim BPBD Kota Batu beserta relawan, turun membantu dampak bencana gempa bumi di Kabupaten Malang. Setidaknya ada 30 orang, terdiri dari 10 anggota BPBD dan 20 relawan Kota Batu, menjadi tim BKO (Bawah Kendali Operasi) BPBD Kabupaten Malang.
Kepala BPBD Kota Batu, Agung Sedayu menjelaskan, selama BKO di Kabupaten Malang, BPBD Kota Batu ditempatkan di Kecamatan Tirtoyudo. Yang memiliki tugas melakukan kaji cepat dan asesmen, seberapa besar tingkatan kerusakan akibat gempa.
Di Tirtoyudo, BPBD Kota Batu ditempatkan di dua desa. Yakni Desa Sumbertangkil dan Jogomulyan.
“Sabtu kemarin, relawan sudah ditarik ke Kepanjen. Sedangkan untuk personil BPBD kembali ke Kota Batu. Menunggu instruksi selanjutnya dari BPBD Kabupaten Malang,” kata Agung kepada ameg.id, Selasa (20/4/2021).
Untuk tim yang saat ini pindah ke Kepanjen, kata Agung, diberikan tugas untuk mendistribusikan bantuan serta melakukan pengolahan data warga terdampak gempa. “Sesuai dengan masa tanggap darurat selama 14 hari. Relawan akan di Kepanjen hingga hari Sabtu mendatang,” ujarnya.
Ia menyebutkan, dari dua desa yang ditangani BPBD Kota Batu, Desa Jogomulyan dampaknya lebih parah akibat gempa tersebut. Bahkan di desa tersebut terdapat korban jiwa. “Selama BPBD Kota Batu berada di Tirtoyudo, warga masyarakat setempat merespon sangat bagus,” ungkapnya.
Selama BKO di lokasi tersebut, BPBD Kota Batu intens melakukan koordinasi dengan perangkat desa setempat. Dari hasil koordinasi dan kaji cepat di Desa Jogomulyan, tercatat ada 165 rumah rusak berat, 227 rumah rusak sedang, sedangkan untuk rumah rusak ringan belum terdata. Karena hampir keseluruhan rumah terdapat kerusakan ringan.
Sementara itu, untuk korban terdampak pada setiap dusun bervariasi. Diantaranya Dusun Sumber Manggis ada 65 KK, 248 jiwa terdampak, Dusun Sumber Urip 39 KK, 101 jiwa dan Dusun Ardirejo ada 33 KK, 108 jiwa.
Agung mengakui, tidak mudah melakukan penanganan kejadian gempa bumi. Sudah pasti ada kendala dan rintangan yang harus dilalui. Salah satunya adanya hambatan komunikasi, karena sebagian besar wilayah tersebut minim sinyal.
“Selain itu, kami juga terkendala masalah luasan wilayah dan kondisi medan yang berbukit serta jalan yang sempit dan curam,” ujarnya.
Tak hanya itu, kendala lain yang dialami adalah masalah sebaran relawan yang belum merata dan belum terkoordinir. Sehingga penanganan dampak gempa masih parsial dan tak merata.
“Kendala lain adalah masalah pendataan, karena banyak data pribadi seperti KK dan KTP banyak yang tertimbun reruntuhan rumah,” tandasnya. (avi)