AMEG – “Pak di desa saya sampai bikin tenda sendiri. Swadaya. Banyak Pak di sini, ada anak-anak dan lansia. Di Ampelgading dikunjungi pejabat besar kenapa di desa saya tidak ke sini, hanya kasun tadi,” begitu nada seorang warga, sekitar pukul 19.20 WIB.
Apakah benar situasinya sedarurat itu? Sebut saja SLD, seorang purnawirawan, ia hingga petang ini masih di lokasi, kampung halamannya. Tepatnya di Dusun Sidodadi, Karangdowo, Jogomulyan Tirtoyudo.
Hasil kroscek ke BPBD Kabupaten Malang, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Sadono Irawan membantah adanya tidak ada peninjauan lokasi di Jogomulyan. Ia menegaskan, pihaknya telah mendatanginya.
Sadono menguraikan pendirian 3 tenda di Jogomulyan. Tenda 1 di Dusun sumber tangkil RT02/RW01 dengan pengungsi 76 orang. Tenda 2 di lapangan desa jogomulyan dengan pengungsi 70 orang.
“Tenda 3 PMI depan kantor desa jogomulyan jumlah pengungsi 50 orang. Kami sudah datangi Pak,” tegas Sadono, kepada DI’s Way Malang Post.
Informasi didapat, penanganan dan assesment di satu desa saja belum tentu tuntas dalam sehari. Penanganan darurat terfokus di wilayah terdampak terparah jadi prioritas. Update terus dilaksanakan.
Meski telah berlangsung 24 jam, pasca kejadian kemarin siang, ada saja desa yang belum melaporkan situasi dampak gempa. “Dari tadi malam kecamatan D belum ada laporan masuk,” sebut seorang petugas lapangan.
Update terkini pukul 17.00, sebanyak 23 Kecamatan. Belum ada laporan dari Donomulyo. Padahal, sebagian wilayah tersebut dekat dengan pantai. Sementara Kecamatan tetangga, Pagak dan Kalipare telah mengirim laporan.
Lalu bagaimana situasi terkini di Jogomulyan? “Kebetulan ini tempat orangtua saya pak semasa kecil saya di desa ini. Di dukuh sidodadi galangdowo di desa jogomulyan,” ungkap SLD, yang tinggal di Kota Malang.
Sekitar pukul 19.00, SLD masih menyebutkan jika hingga petang belum ada peninjauan. Sekitar 40 rumah terdampak. Sebagian warga pun berinisiatif mendirikan tenda darurat sendiri.
Ia pun bersabar setelah mendengar informasi jika tenaga relawan lainnya masih terfokus di daerah terdampak terparah. Meski ia tahu bila kampungnya juga terdampak parah. Rumah luluh lantak. Anak-anak kecil dan kakek nenek musti tinggal di tenda swadaya. (yan)