Malang – Petuah bijak nenek moyang, “Perdamaian adalah akar dari segala bentuk ketentraman dan kemakmuran. Keluhuran adalah penuntun terbaik bagi setiap tindakan menuju kebahagiaan dan kemulian hidup.”
Pengertian dasar ini menjadikan kita bisa lebih mudah mengerti, kenapa para pemimpin besar dalam sejarah umat manusia, selalu meneladankan perdamaian dan keluhuran dalam hidupnya. Mereka tak mau mewariskan perpecahan, carut marut dan dendam. Agar generasi bisa meneladani perjuangan, pengorbanan, keluhuran dan perdamaian.
Memang bukan hal mudah meneladankan filosofi itu. Dibutuhkan jiwa besar, sikap ksatria dan kebijaksanaan. Berlapang dada, welas asih, saling memaafkan dan penuh kasih sayang. Ati wening, bathin menep, laku asor lan nalar jernih. Sinamun ing samudana, sesadon ing ngadu manis. Bhinneka tunggal ika, tan hana dharma mangrwa.
Pada momentum HUT ke-107 Kota Malang tahun ini, para pemimpin (Walikota Malang) akan meneladankan perdamaian dan keluhuran. Melalui acara Ruwat Nagari Kota Malang 2021. Empat Walikota Malang akan menyatu dalam harmoni.
Mereka adalah, Kol (Pur) H Suyitno, Drs Peni Suparto M.AP, Ir H Mochamad Anton dan Drs H Sutiaji. Semua akan berkumpul dan bersatu bersama Rabu 7 April 2021 di Gedung Kesenian Gajayana Kota Malang.
Akan ditampilkan film dokumenter berdurasi 61 menit. Berisi historiografi Kota Malang 1914 – 2021, keteladanan perdamaian dan keluhuran. Berbagai apresiasi, literasi, edukasi dan prestasi yang telah diraih untuk bersama-sama membangun Kota Malang. Film ini akan menjadi prasasti yang bisa dinikmati, dikaji, diteladani, dibanggakan dan menjadi inspirasi bagi generasi-generasi yang akan datang.
“Rangkaian kegiatan ini terbuka bagi inisiatif, partisipasi dan kerjasama dari berbagai pihak. Umat Hindu, ada yang menyumbang Penjor dan Cok Bakal. Umat lainnya menyumbang tumpeng, saweran, seni tari, atraksi dan lainnya. Sangat terbuka, berkesadaran dan penuh toleransi. Meneladankan perdamaian dan keluhuran. Guyub rukun dan gotong royong. Tujuan utamanya, membangun Kota Malang dalam bingkai bhinneka tunggal ika, tan hana dharma mangrwa,” ujar Wahyu Eko Setiawan, Ketua Panpel Ruwat Nagari. (roz/jan)