MALANG POST – Kohesi sosial memerlukan praktik konkret, bukan sekadar seremonial. Karena kohesi sosial tidak bisa hanya dibangun lewat acara-acara seremonial saja. Tapi perayaan simbolis juga harus diterjemahkan dalam praktik sosial yang konkret dan kebijakan publik yang nyata.
Hal itu disampaikan Direktur Studi dan Peneliti Senior Department Politik dan Perubahan Sosial CSIS, Dr. Vidhyandika Djati Perkasa, saat menjadi narasumber talk show di program Idjen Talk, yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Jumat (26/12/2025).
Vidhyandika juga menyampaikan, untuk membangun kohesi sosial yang sejati, dibutuhkan upaya mengatasi ketidaksetaraan struktural dalam masyarakat.
“Selain itu, kebijakan publik juga harus dirancang untuk menangani isu-isu fundamental,” jelasnya.
Menurut Vidhyandika, karakter multikultural di Kota Malang memerlukan dialog dan saling menghormati lintas agama dan etnis.
Tidak terkecuali untuk ruang publik, juga bisa dibangun sebagai tempat interaksi lintas agama dan etnis.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Kota Malang, Prof. Dr. Wahyudi Winarjo menyampaikan, berbagai komunitas keagamaan di Kota Malang, punya peran penting untuk menyebarluaskan pesan damai dan menjaga toleransi.
Masyarakat luas, tambahnya, harus membuka ruang harmoni yang penuh kasih sayang dan damai, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Wahyudi berharap, pesan Natal bukan hanya untuk umat Kristiani. Tetapi menjadi semangat bagi semua untuk merangkul, berdamai dan mencintai sesama. Termasuk mereka yang belum memiliki kesadaran kebangsaan yang baik. (Anisa Afisunani/Ra Indrata)




