MALANG POST – Dihadapan perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Malang Raya, Bupati Malang, HM Sanusi, mengajak mahasiswa untuk ikut memerangi sampah. Kabupaten Malang, katanya, saat ini sedang dalam kondisi darurat sampah.
Karenanya, Sanusi membuka ruang kerja sama dan kolaborasi. Serta keterlibatan aktif seluruh elemen masyarakat, terutama mahasiswa, untuk bersama-sama memberikan edukasi terkait pengelolaan sampah.
“Saya meminta kepada Sekretaris Daerah Kabupaten Malang, beserta seluruh jajaran perangkat daerah, untuk membuka ruang kerja sama dan kolaborasi bersama mahasiswa.”
“Kami sangat mengapresiasi teman-teman mahasiswa, yang selalu memiliki inovasi dan kreativitas,” tandas Abah Sanusi, panggilan akrab Bupati Malang, Sabtu (20/12/2025), kemarin.
Pemerintah daerah, lanjutnya, telah mulai mengambil langkah nyata dengan mengedukasi pemilahan sampah di sejumlah sekolah di Kabupaten Malang.
Oleh karena itu, tambahnya, mahasiswa harus berani bergerak dan berperan aktif dalam menjaga serta memperbaiki lingkungan sekitar.
Ajakan berkolaborasi itu disampaikan Abah Sanusi, saat hadir dalam Pelantikan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Malang Raya, periode 2025–2026. Di Aula Universitas Katolik Widya Karya Kota Malang.
Apalagi di momen tersebut, juga digelar Seminar Kedaerahan dengan tema: “Tata Kelola Ruang Kota Malang dalam menghadapi Krisis Lingkungan”.

Hadir pada kesempatan yang sama, Ketua DPRD Kota Malang, Sekretaris Daerah Kabupaten Malang beserta Jajaran Kepala Perangkat Daerah Kabupaten Malang, Jajaran Forkopimda Malang Raya, Presiden BEM Malang Raya serta Jajaran Pengurus BEM se-Malang Raya.
Masih dalam pertemuan dengan anggota BEM itu, Abah Sanusi sempat berbagi pengalaman pribadi saat menempuh pendidikan sebagai mahasiswa di IAIN pada tahun 1980.
Diceritakan, pada masa itu, kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi tidaklah mudah. Perjuangan untuk menjadi seorang mahasiswa, membutuhkan tekad dan kerja keras yang tinggi.
“Mahasiswa harus memiliki semangat juang dan idealisme yang kuat. Karena Indonesia ke depan, tidak akan mengalami perubahan berarti, apabila belum menemukan arah pembangunan yang jelas. Hal tersebut akan membuat masyarakat terus berada dalam kebingungan menentukan tujuan bersama.”
“Saya juga menyoroti kondisi yang ironis, di mana semangat pembangunan di daerah kerap terhambat akibat pemotongan Pendapatan Asli Daerah (PAD) oleh pemerintah pusat.”
“Oleh karena itu, saya menegaskan, mahasiswa merupakan penentu masa depan bangsa yang diharapkan mampu menjadi agen perubahan,” ungkapnya.
Sementara itu, berkaca dari berbagai musibah yang terjadi di Indonesia, termasuk banjir bandang yang melanda Aceh, Bupati Malang melihat, mahasiswa saat ini dituntut untuk memiliki gagasan yang jelas, serta keberanian untuk bertindak nyata dalam menjaga lingkungan sekitar.
Upaya pencegahan, tambahnya, harus dimulai dari langkah konkret. Seperti mendorong gerakan pelestarian lingkungan, agar tidak terjadi banjir maupun kerusakan alam lainnya.
“Setidaknya, diperlukan gerakan massal penanaman pohon, disertai komitmen bersama untuk menjaga hutan dengan prinsip dilarang tebang, sebagai bentuk tanggung jawab generasi muda terhadap keberlanjutan lingkungan,” tegasnya. (*/Prokopim/Ra Indrata)




