LULUS TERBAIK: Dua wisudawan Universitas Brawijaya, Fasya Hariyuda Pratama, S.Kom dan Dr. Neyla Vista Maramy. (Foto: Istimewa)
MALANG POST – Cerita inspiratif datang dari dua tokoh muda pada gelaran wisuda Universitas Brawijaya (UB) periode ke IX Tahun ajaran 2025/2026. Kedua wisudawan ini sama-sama mengangkat nilai ilmu pengetahuan, yaitu Fasya Hariyuda Pratama dan Neyla Vista Maramy.
Fasya, wisudawan difabel tuli asal Filkom UB. Ia tidak hanya menimba ilmu. Tetapi juga aktif mengajar Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) kepada mahasiswa UB.
Sementara itu, Neyla Vista Maramy, peneliti dan wisudawan Fakultas Teknologi Pertanian UB, meraih IPK sempurna berkat penelitian Minasarua. Sebuah minuman tradisional khas Bima yang menggabungkan kearifan lokal dengan pendekatan ilmiah modern.
AKTIVITAS FASYA SEBAGAI DUTA BISINDO UB
Fasya, yang menamatkan studi sebagai Wisudawan Tuli, berperan penting dalam berbagai kegiatan di UB. Ia aktif menjadi mentor Juru Bahasa Isyarat (JBI) pada Kegiatan Raja Brawijaya 2025 dan turut memberikan khidmat saat khotbah Solat Jumat di Masjid Raden Patah (MRP).
“Saya sempat mengikuti pelatihan Guru Tuli di SLDPI UB sejak 2023 hingga 2025 untuk bisa mengajarkan isyarat dengan baik. Alhamdulillah, saya terpilih menjadi Guru Tuli kelas bahasa isyarat (KBI) sejak 2023,” ujarnya.
Fasya menjelaskan preferensinya terhadap BISINDO karena gestur, ekspresi dan gerakan tangan yang lebih bebas dibanding mengikuti tata bahasa lisan.
Langkah ke depan, ia berharap menambah jumlah JBI di Subdirektorat Layanan Disabilitas UB (SLDPI UB) melalui pengajarannya.
“Saya juga ingin Madif (Mahasiswa Difabel.red) Tuli bisa menjadi Guru Tuli bagi generasi berikutnya,” tambahnya.
Cita-cita profesional Fasya tak hanya berhenti pada pengajaran BISINDO. Ia bercita-cita kelak menjadi programmer IT Tuli dan ingin menjadi dosen agar bisa mengajar mahasiswa Tuli, dengan doa Insya Allah.
NEYLA VISTA MARAMY: PENELITI MINASARUA DENGAN IPK SEMPURNA
Di sisi lain, Neyla Vista Maramy mengukir prestasi gemilang melalui penelitian Minasarua. Sebuah minuman tradisional khas Bima. Mahasiswi S3 Fakultas Teknologi Pertanian UB ini, juga penerima beasiswa program Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Minasarua tidak hanya dinilai dari nilai gizinya. Neyla menekankan bahwa minuman ini memiliki nilai historis dan ilmiah, memanfaatkan bahan seperti rempah-rempah, tapai ketan hitam, dan gula merah.
“Secara ilmiah, masing-masing bahan berperan sebagai sumber energi dan kaya antioksidan,” katanya. Melalui studi in silico, in vitro dan in vivo, ia menemukan bahwa Minasarua berpotensi sebagai anti-fatigue dan imunomodulator. Sehingga bisa menjadi pangan fungsional yang berlandaskan kearifan lokal.
Penelitian Neyla tidak hanya berperan sebagai karya ilmiah pribadi, tetapi juga sebagai jembatan antara pengetahuan tradisional dan sains modern.
“Penelitian ini juga menjadi kontribusi dalam pengembangan dan pelestarian produk lokal Indonesia melalui pendekatan ilmiah yang komprehensif,” jelasnya.
Gairah mengajar dan semangat berinovasi mendorong Neyla untuk menjadi dosen, melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, serta melaksanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Ia juga menorehkan prestasi luar biasa dengan menyelesaikan studi Magister dalam 1,5 tahun dan Doktor dalam 2,5 tahun, termasuk studi di Korea selama lima bulan. PMDSU dinilainya sebagai program yang tepat bagi mereka yang menyukai tantangan.
Kedua tokoh ini akan mengikuti prosesi wisuda periode IX pada Sabtu (20/12/2025).
Fasya dan Neyla dikenal sebagai contoh nyata bagaimana bakat yang berbeda—keterampilan bahasa isyarat dan penelitian di bidang pangan tradisional—dapat berdampak luas bagi komunitas kampus maupun masyarakat luas. (Humas UB-M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)




