MALANG POST – Perubahan cuaca yang dinamis, akan terus dipatau lebih sering. Terutama ketika wilayah Jawa Timur, termasuk Malang Raya, saatini memasuki puncak musim hujan.
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas 2 Jawa Timur, Anung Suprayitno menjelaskan hal tersebut, saat menjadi narasumber talk show di program Idjen Talk, yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Selasa (16/12/2025).
Kata Anung, masyarakat yang mobilitasnya tinggi, juga perlu lebih sering lagi untuk melihat potensi cuaca.
“Perubahan cuaca itu hitungannya bisa setiap jam. Informasi yang disampaikan BMKG Juanda, skalanya sudah presisi. Bahkan pengelompokannya sampai tingkat kelurahan,” katanya.
Sekarang ini, tambah Anung, masyarakat dimudahkan untuk mendapatkan informasi soal cuaca. Bahkan secara real time, pergerakan awan bisa diakses dengan WOFI Juanda.
Sedangkan BPBD Kota Malang, terkait dengan cuaca yang dinamis tersebut, juga terus mengupayakan antisipasi terhadap banjir yang berulang.
BPBD Kota Malang, kata Kalaksa BPBD Kota Malang, Prayitno, sudah mengklasifikasikan daerah rawan banjir. Sejauh ini ada tiga wilayah rawan. Seperti Kedawung, Purwodadi dan Purwantoro.
Prayitno menjelaskan juga, untuk antisipasi potensi banjir yang terjadi, pihaknya sudah menempatkan pompa air di beberapa titik rawan.
“Jadi ketika air mulai menggenang, bisa diupayakan segera surut. Bahkan posko siaga bencana 24 jam sudah disiapkan di dua titik area Blimbing dan Kedungkandang,” jelasnya.
Soal penyebab banjir berulang yang terjadi di Kota Malang, pihaknya menyebut sebagai akibat saluran air yang tersumbat oleh sedimen.
Karenanya pihaknya juga berkolaborasi dengan DPUPRPKP Kota Malang, untuk melakukan pembersihan secara berkala.
Sementara itu, Kepala Pusat Studi Kebumian dan Mitigasi Bencana Universitas Brawijaya, Prof. Adi Susilo, M.Si, Ph.D. menyampaikan, hujan dengan intensitas tinggi sebenarnya terjadi sudah dari dulu. Tapi kondisi beberapa daerah yang berubah, membuat adanya kerawanan bencana hidrometeorologi.
Maka dari itu, katanya, masyarakat juga harus tahu soal kondisi riil daerahnya untuk mitigasi. Bukan hanya mengandalkan intuisi, tapi ada dasar scientific.
“Untuk wilayah Kota Batu ke arah Utara (Kediri dan sekitarnya), kondisinya cukup curam sehingga rawan longsor, sehingga perlu adanya kesiapsiagaan,” sebut Prof Adi.
Dijelaskan juga, untuk wilayah Kabupaten Malang seperti Tirtoyudo dan sekitarnya, kondisi hutannya relatif habis hanya menyisakan sedikit, sehingga penyerapan air tidak maksimal dan ada potensi rawan banjir. (Wulan Indriyani/Ra Indrata)




