DOSEN Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Uun Zulfiana, M.Si. (Foto: Istimewa)
MALANG POST – Kejadian memilukan yang baru-baru ini menimpa seorang mahasiswa di Malang kembali menegaskan pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental di lingkup dunia kampus.
Peristiwa itu menjadi pengingat bagi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan institusi pendidikan tinggi lain untuk memperkuat edukasi, dukungan, serta jaring pengaman psikologis bagi mahasiswanya.
Dosen Fakultas Psikologi UMM, Uun Zulfiana, M.Psi., menjelaskan. Bahwa keputusan ekstrem seperti mengakhiri hidup biasanya lahir dari tekanan yang berlapis.
Meski begitu, ia menekankan bahwa tindakan tersebut bukan jalan keluar untuk persoalan akademik maupun hidup secara umum.
Menurutnya, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi keputusan tersebut: biologis, psikologis dan sosial.
Faktor biologis meliputi genetika dan keseimbangan neurotransmitter di otak.
Faktor psikologis berkaitan dengan kepribadian, adanya masalah mental atau pengalaman traumatis yang memperbesar risiko bertindak impulsif.
Faktor sosial meliputi isolasi, rasa kesepian, minimnya dukungan sosial, serta paparan isu negatif di media sosial.
Uun menegaskan bahwa tidak adil menyalahkan dosen pembimbing sepenuhnya.
“Perilaku manusia dipengaruhi oleh banyak faktor internal dan eksternal,” katanya.
Dosen pembimbing seharusnya menjadi sumber dukungan yang aman. Namun dukungan tak bisa berujung hanya pada satu pihak.
Keluarga, teman, dan terutama kekuatan mental dari dalam diri mahasiswa juga sangat penting.
Untuk mengelola stres, Uun menyarankan pendekatan Problem Focused Coping, yaitu strategi yang berfokus pada penyelesaian masalah.
Langkah praktisnya meliputi: Menetapkan skala prioritas; Mengatur self-management dan Membuat rencana time management yang jelas.
“Bagaimana kita menentukan prioritas dan memisahkan waktu antara bekerja, belajar dan waktu pribadi,” paparnya.
Bagi mahasiswa yang cenderung menggunakan Emotional Focused Coping, Uun menyarankan: Bercerita kepada orang tepercaya; Melakukan aktivitas yang menyenangkan; Memperkuat dukungan sosial untuk mencegah isolasi
Ia juga menekankan pentingnya bantuan profesional jika gejala seperti kesedihan berkepanjangan, kecemasan sulit dikendalikan, perubahan mood ekstrem atau penurunan fungsi sosial muncul.
Langkah pencegahan yang disarankan antara lain menghindari coping maladaptif. Seperti merokok atau makan berlebihan, membatasi paparan berita negatif, memperkuat jejaring sosial, mengatur prioritas, serta menjaga pola makan dan tidur yang sehat.
Kita semua punya peran untuk menciptakan lingkungan kampus yang lebih manusiawi. Kampus yang tidak hanya mengejar capaian akademik. Tetapi juga memperhatikan kesejahteraan emosional para mahasiswanya.
Jika ada gejala yang mengkhawatirkan diri sendiri maupun orang terdekat, jangan ragu mencari bantuan profesional dan dukungan dari komunitas sekitar. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)




