MALANG POST – Dalam rangka memperingati Dies Natalis Universitas Brawijaya (UB) yang ke-63, universitas ini menyelenggarakan sebuah kegiatan napak tilas yang tidak biasa yaitu kegiatan lari marathon sepanjang 63 kilometer.
Acara yang berlangsung pada Sabtu, 6 Desember kemarin tersebut memulai perjalanannya dari Pendopo Agung Trowulan, Mojokerto dan berakhir di Taman Chandra Wilwatikta, Pasuruan.
Ribuan langkah dilalui oleh peserta yang beranekaragam—mahasiswa, dosen, staf, serta alumni UB—semua menapaki jejak sejarah untuk menghormati nilai-nilai leluhur bangsa.
Kegiatan ini secara formal dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kewirausahaan Mahasiswa, Dr. Setiawan Noerdajasakti.
Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa napak tilas ini bukan sekadar lomba, melainkan sebuah refleksi mendalam tentang filosofi perjalanan bangsa.
Raden Wijaya—yang diangkat sebagai Raja pertama dan pendiri kerajaaan Majapahit—dihadirkan sebagai figur contoh tentang bagaimana tekad, kerja keras dan kebijaksanaan dapat tumbuh menjadi kekuatan yang menyatukan sebuah nusantara.
Dr. Setiawan menjelaskan bahwa perjalanan hidup Raden Wijaya telah memberikan inspirasi nyata bagi Universitas Brawijaya.
Dari sebuah institusi yang terus tumbuh, UB berupaya mengikuti jejak panjang sejarah Indonesia: berkembang, berinovasi, dan mengelola potensi agar bisa berkontribusi luas bagi bangsa.
“Perjalanan Wijaya menggambarkan bagaimana sebuah gagasan kecil bisa tumbuh menjadi kerajaan besar yang berpengaruh. Begitu juga UB, kami berharap bisa mencapai taraf–taraf yang lebih tinggi lagi, hingga menjadi bagian penting dalam peta pendidikan dunia,” katanya.
Lebih lanjut, beliau menegaskan bahwa tujuan dari lari napak tilas ini adalah mempererat semangat kebersamaan, meningkatkan rasa empati, dan menumbuhkan semangat untuk terus menatap masa depan dengan optimisme.
“Pertumbuhan UB tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk kesejahteraan kehidupan masyarakat luas. Kami berharap acara ini menyebarkan pesan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan harus mampu memperkuat bangsa dan membangun bangsa Indonesia yang lebih cemerlang,” imbuhnya dengan hangat.
Sambil berjalan, berlari, atau berjalan cepat, para peserta menunjukkan senyum dan semangat yang tulus. Di setiap kilometer, ada ocehan riang dari peserta yang saling memberi dukungan, saling menyemangati, dan berbagi tenaga saat tubuh mulai terasa berat.
Suasana di sepanjang rute pun terasa hangat dan penuh makna: antara deru langkah kaki dengan gema sejarah yang diangkat sebagai pelajaran tentang ketekunan, kerja sama, serta keberanian untuk melangkah maju.
Momen ini bukan sekadar perayaan institusi semata, tetapi juga refleksi atas perjalanan bangsa yang panjang. Nilai-nilai kerjasama, pahlawan masa lalu, serta komitmen UB untuk terus tumbuh dan memberi manfaat bagi masyarakat, semuanya terasa sangat dekat dalam kegiatan napak tilas ini.
Seiring dengan garis finish yang akhirnya dicapai para peserta, harapan besar pun terucap: semoga semua peserta sehat, bahagia, dan momentum ini menjadi sumber inspirasi untuk masa depan UB serta Indonesia yang lebih maju.
Dalam penutup sambutan, Rektor UB menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada seluruh peserta, panitia, serta semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya acara.
Ia berharap napak tilas ini bisa menjadi contoh nyata bagaimana nilai historis dapat diolah menjadi energi positif yang memotivasi orang-orang untuk berbuat lebih baik bagi diri sendiri, kampus, dan tanah air. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)




