MALANG POST – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang mentargetkan kelompok prioritas dalam pengendalian HIV. Apalagi dari total 17 ribu lebih orang yang diperiksa, tercatat ada 355 kasus HIV baru di tahun 2025.
Pernyataan itu disampaikan Kabid P2P Dinkes Kota Malang, Meifta Eti Winindar, saat menjadi narasumber talk show di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Jumat (5/12/2025).
Kata Meifta, pihaknya aktif melakukan upaya jemput bola, untuk meningkatkan deteksi dini.
“Sebagai upaya pengendalian, Dinkes menyasar kelompok prioritas seperti ibu hamil dan narapidana di Lapas,” katanya.
Dengan sistem pencatatan kasus secara nasional, sebutnya, sangat memungkinkan pasien HIV untuk mendapatkan pengobatan ketika berada di luar kota.
Selain itu, Meifta menekankan pentingnya kepatuhan pasien minum obat secara rutin, untuk mencegah resistensi virus.
Social Worker, Rinikso Kartono, menambahkan, terkait lonjakan HIV di Kota Malang, mayoritas penderita HIV berasal dari laki-laki suka laki-laki (LSL) yang mencapai 209 kasus dan mayoritas mahasiswa.
Rinikso menyampaikan, pengaruh pendidikan barat yang salah menyebabkan anak-anak mengalami kebingungan identitas. Termasuk dalam hal orientasi seksual dan pasangan seksual.
“Penularan HIV juga terjadi di lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan. Karena itu, pendekatan holistik lewat keluarga bisa jadi langkah tepat pengendalian HIV,” tegasnya.
Sementara itu, dokter spesialis penyakit dalam RS Saiful Anwar, dr. Milanitalia Gadys Rosan, melihat akses layanan HIV di Kota Malang sudah sangat baik dan bisa dijangkau semua kalangan.
“Artinya tidak ada alasan pasien HIV untuk tidak mengakses pengobatan karena masalah biaya. Karena pengobatan Anti Retroviral (ARV), sudah ditanggung penuh oleh program nasional,” katanya.
Meski demikian, Milanitalia menegaskan, HIV tidak bisa disembuhkan. Tapi dengan pengobatan rutin seumur hidup, virus bisa ditekan sampai level terendah, sehingga pasien bisa hidup normal tanpa gejala. (Anisa Afisunani/Ra Indrata)




