MALANG POST – Daya tarik Kota Batu sebagai magnet investasi kian terbukti. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Batu mencatat lonjakan signifikan realisasi investasi sepanjang tahun ini. Kenaikannya mencapai 67,93 persen dari tahun sebelumnya dan membuat capaian target melompat dua kali lipat.
Kepala DPMPTSP Kota Batu, Dyah Lies Tina menyatakan, geliat investasi tersebut ditopang sejumlah sektor yang sejak awal tahun menunjukkan tren positif. Diantaranya sepeti properti, pariwisata, hingga usaha hotel, restoran, dan kafe (Horeka) disebut terus bertumbuh dan kian menjamur.
“Artinya, Kota Batu masih sangat diminati investor,” ujar Dyah, Rabu (26/11/2025)
Menurut Dyah, tingginya minat investor harus dibarengi kepatuhan pelaku usaha terhadap perizinan dan kewajiban pelaporan. Tidak hanya laporan investasi, tetapi juga tertib pajak dan regulasi lain yang melekat pada kegiatan usaha. Dengan begitu, pemerintah daerah bisa memberikan layanan terbaik dan menjaga persaingan usaha tetap sehat.
“Pelaporan sangat penting. Bagaimana kita bisa mengetahui pertumbuhan ekonomi kalau laporan investasinya tidak masuk,” tegasnya.

PARIWISATA: Sektor pariwisata di Kota Batu masih manjadi penyumbang terbanyak nilai investasi di Kota Batu Batu. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Upaya sosialisasi terus dilakukan, salah satunya seperti gelaran tahunan Batu Investment Award yang menjadi ajang apresiasi sekaligus edukasi bagi para pelaku usaha.
Lonjakan capaian investasi tahun ini membuat target untuk 2026 hampir pasti akan ditingkatkan. Meski belum menyebut angka, Dyah mengisyaratkan kenaikan tersebut akan cukup signifikan.
“Tahun ini target Rp1,1 triliun, tetapi realisasinya sekitar Rp2,2 triliun. Jadi otomatis target tahun depan akan naik,” terangnya.
Dari pemetaan DPMPTSP, beberapa sektor masih memiliki ruang tumbuh yang besar. Bidang pertanian, pariwisata dan kesehatan menjadi tiga sektor yang diprediksi akan mendominasi arus masuk modal. Sejumlah proyek baru juga sudah mulai berjalan, salah satunya investasi rumah sakit mata yang kini telah masuk.
Meski capaian tahun ini terbilang menggembirakan, Pemkot Batu tetap memberi pesan kehati-hatian. Tingginya minat investor bisa membawa risiko jika tidak disertai pengendalian tata ruang. Kota Batu dikenal memiliki keterbatasan lahan, sementara tekanan pembangunan terus meningkat.
“Semoga tidak terlalu tinggi secara ekstrem. Kalau terlalu cepat, kita khawatir lahan makin berkurang dan persaingan usaha semakin ketat,” ujar Dyah.
Ia tak ingin percepatan investasi justru mematikan pelaku usaha lama atau menggerus kelestarian lingkungan yang menjadi jiwa penting Kota Batu sebagai kota wisata.
“Kami menjaga agar pertumbuhan tetap sehat. Jangan sampai ada usaha yang tersingkir karena kompetisi tidak seimbang,” imbuhnya.
Walil Wali Kota Batu, Heli Suyanto menambahkan, dengan lonjakan capaian, geliat sektor unggulan dan komitmen pengendalian tata ruang, Kota Batu kini berada di fase penting. Tantangannya tidak hanya memperbesar angka investasi.
“Tetapi juga memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tetap ramah lingkungan dan berkelanjutan, sesuai karakter Kota Batu sebagai kota wisata, kota pertanian dan kota yang terus diminati investor,” ujar Heli.
“Kami juga ingin memastikan semua investor di Kota Batu taat aturan. Yang belum memiliki izin, kami dorong untuk segera menuntaskan, karena hal ini berdampak pada banyak penilaian baik dari KPK maupun BPK,” tutupnya. (Ananto Wibowo)




