KOMPAK: Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa didampingi tiga Kepala Daerah se Malang Raya, melakukan prosesi pecah kendi, sebagai penanda diresmikannya operasional Bus Trans Jatim. (Foto: Iwan Irawan/Malang Post)
MALANG POST – Didampingi tiga kepala daerah di Malang Raya, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, melaunching Bus Trans Jatim Koridor 8. Kamis (20/11/2025) di Balai Kota Malang.
Nantinya untuk Koridor 8, akan dibagi tiga wilayah pelayanan. Tetapi baru Bus Trans Jatim wilayah tengah, yang diluncurkan dihadapan Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat; Bupati Malang, HM Sanusi, serta Wali Kota Batu, Nurohman.
“Sesuai rute yang ditetapkan Dishub Jawa Timur, mulai dari terminal Hamid Rusdi hingga ke Kota Batu. Melintasi jalur poros tengah Kota Malang dan masuk ke Terminal Landungsari,” terang Khofifah.
Kehadiran Trans Jatim di Malang Raya, diharapkan menjadi konektivitas mobilitas yang aman, nyaman, serta murah. Setelah melewati koordinasi komprehensif, moda transportasi ini bakal memberikan nilai manfaat bagi warga Malang Raya.
“Untuk menentukan rute, tidak sekadar asal saja. Termasuk saat ada dua pelayanan wilayah lainnya, selalu kita diskusikan bersama pihak terkait. Seperti Kepala Daerah, Kepolisian, stakeholder di Jawa Timur maupun di Malang Raya,” jelasnya.
Kadishub Jawa Timur, Nyono, menambahkan, untuk melayani transportasi bagi warga Malang Raya, disiapkan 14 armada Bus Trans Jatim. Untuk melintasi di 62 titik di Malang Kota, Kabupaten Malang serta Kota Batu.
Tujuh bus dioperasionalkan dari terminal Hamid Rusdi ke terminal Landungsari dan terminal Kota Batu. Sisanya, dioperasionalkan dari Kota Batu ke Terminal Landungsari, hingga ke terminal Hamid Rusdi, Kedungkandang Kota Malang.

SEREMONI: Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa didampingi tiga Kepala Daerah Malang Raya serta Kadishub Jatim, saat me-launching Bus Trans Jatim Koridor 8 Malang Raya, di Balai Kota Malang, Kamis (20/11/2025). (Foto : Iwan Irawan/Malang Post)
“Target dihadirkan Bus Trans Jatim ini, agar masyarakat bisa beralih dari moda transportasi pribadi ke tranportasi publik. Apalagi tarif Trans Jatim sangat terjangkau. Pelajar Rp2.500 dan umum Rp5.000,” tuturnya.
Selain murah meriah, lanjut Nyono, pihaknya juga berharap Trans Jatim dapat membantu mengurangi kemacetan di Malang Raya. Sekaligus dapat mengangkat perekonomian masyarakat, lewat oleh-oleh.
“Misal onde-onde yang ada di selatan Terminal Hamid Rusdi. Bus Trans Jatim akan memberikan akses ke UMKM tersebut,” jelasnya.
Tidak seperti moda transportasi lainnya, untuk Trans Jatim penerapan di lapangan dengan waktu. Pembayarannya pakai e-commerce, e-wallet dan QRIS.
Ketika awal beroperasi selama seminggu ke depan, Trans Jatim masih memberlakukan ongkos gratis. Jadi yang yang ingin menikmati Trans Jatim, dengan fasilitas memadai, bisa mencoba naik Trans Jatim. Baik pelayanan kesehatan kotak P3K, pengamanan cctv, akses jalan bagi kelompok disabilitas dan lainnya.
“Kami juga akan merangkul teman-teman angkot di Malang Raya. Mereka kita libatkan sebagai Feeder, untuk melanjutkan tujuan penumpang dari Bus Trans Jatim, ke titik lokasi selanjutnya. Karena Trans Jatim hanya berhenti di titik halte yang disediakan. Bukan titik lokasi tujuan akhir dari penumpang tersebut,” ujar Nyono.
Sementara itu, Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat menyampaikan, kehadiran Trans Jatim selain membantu mengurangi kemacetan, juga bisa mengalihkan kendaraan pribadi, ke moda transportasi publik.
“Mereka yang mau antar anak sekolah, mahasiswa ke kampus atau warga yang mau kerja, bisa memanfaatkan Trans Jatim. Karena rutenya akan melintasi perkantoran, pusat perbelanjaan, hingga lembaga pendidikan,” sebut Wahyu.
Pihaknya juga menjamin, kehadiran Bus Trans Jatim tidak menjadikan persoalan bagi angkot di Kota Malang. Karena sebagian sopir mikrolet telah direkrut menjadi bagian dari crew Trans Jatim.
“Pasti kami memperhatikan dan mengupayakan nasib mereka. Ke depan akan ada re-routing. Kita akan berdayakan mereka lebih semangat dalam menjalankan rutinitas. Tidak akan sampai melemahkan ekonomi maupun masa depannya,” pungkasnya. (Iwan Irawan/Ra Indrata)




