MALANG POST – Pesona Gondanglegi adalah festival tahunan di Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang menampilkan atraksi kreatif dan budaya lokal. Acara ini menampilkan parade kostum yang megah, tarian, musik dan permainan tradisional.
Festival ini juga menjadi ajang mengembangkan kreatifitas masyarakat serta berpotensi mengangkat budaya lokal guna mendorong pariwisata. Festival yang dimulai sejak 2011 ini, menampilkan berbagai atraksi dengan kostum pawai yang menarik, serta kebudayaan lokal yang melibatkan partisipasi aktif dari berbagai lapisan masyarakat, mulai dari anak muda hingga komunitas kreatif.
Seperti halnya generasi muda yang tegabung dalam komunitas Gajah Mada RT 04-05-06, Kelurahan Gondanglegi Wetan. Mereka hampir sebulan penuh menyiapkan pra-sarana gelaran Jumat-Sabtu 14-15 November 2025.
Ketua tim Pemuda Gajah Mada, Rendy Hevian Ferlanda, menjelaskan tujuan utama partisipasi timnya di setiap tahun bukan sekadar hiburan semata. Tetapi upaya pelestarian budaya lokal agar mampu berkembang menjadi potensi wisata berbasis komunitas.
“Kami ingin setiap warga yang tergabung di tim Gajah Mada RT 04-05-06 ini, gotong royong bersama dan terlibat aktif dalam setiap prosesnya. Karena melalui semangat kegotong royongan, akan terjalin persatuan dan kesatuan yang kuat”, jelasnya.

Jam mepet, persiapan dan konsentrasi terus di garap oleh tim pemuda Gajah Mada RT 04-05-06, kelurahan Gondanglegi Wetan, dalam menyongsong gelaran Festival Pesona Gondanglegi 2025. (Foto: M. Abd. Rachman Rozzi/Malang Post)
Tahun ini tim Pemuda Gajah Mada mengusung tema Pamalayu, yang berarti “perang melawan Melayu” atau “menundukkan Melayu.” Istilah ini merujuk pada Ekspedisi Pamalayu yang dilakukan Raja Kertanegara dari Kerajaan Singasari pada tahun 1275 M. Ekspedisi ini merupakan kejadian terbesar di Tanah Jawa, dari Raja Kertanegara Jayakatwang sampai Raden Wijaya bersama pasukan Mongol.
Harapannya, tema ini diwujudkan melalui kostum-kostum yang mengusung motif tradisional yang direvitalisasi dengan sentuhan kontemporer. Sehingga bisa dipahami kisah sejarahnya serta dapat menarik minat pengunjung.
“Dalam ragam budaya festival, tim kami menekankan adanya unsur tarian daerah yang mengisahkan legenda lokal. Musik tradisional yang dipadukan dengan alat musik modern untuk menghadirkan nuansa segar. Serta permainan tradisional yang dipertunjukkan sebagai bagian dari art show edukatif.”
“Kami ingin penonton merasakan kisah di balik setiap tarian dan gerakan yang kami bawakan. Melalui cerita rakyat dan seni budaya yang ditampilkan tim kami, harapannya tidak hanya menghibur tetapi juga menginspirasi. Kami ingin kisah-kisah cerita legenda lokal ini tersampaikan dengan cara yang relevan bagi generasi sekarang, sehingga budaya lokal tetap hidup dan bisa berkontribusi pada pembangunan pariwisata Kabupaten Malang,” pungkasnya. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)




