MALANG POST – Universitas Brawijaya (UB) melalui program pendampingan 1000 Petani Organik se-Malang Raya meluncurkan inisiatif inovatif berbasis ekonomi sirkular di Kampung TELOLET OM (Terong, Lombok, Lele, Tomat), Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang, pada Oktober 2025.
Program ini bertujuan memberdayakan masyarakat urban dengan menerapkan konsep zero waste yang mengubah limbah organik rumah tangga menjadi pupuk, pakan, serta sumber pangan sehat bagi warga.
Kampung TELOLET OM yang dulu dikenal sebagai kawasan kumuh dan rawan banjir kini telah bertransformasi menjadi kampung wisata konservasi berbasis ketahanan pangan. Sejak peluncuran program Desan Riverside pada tahun 2017, kawasan ini menunjukkan kemajuan pesat dalam pengelolaan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kehadiran program ekonomi sirkular yang diinisiasi UB semakin memperkuat perubahan positif tersebut dan membuka peluang baru bagi warga untuk hidup lebih mandiri secara pangan dan ekonomi. Program ini mengusung konsep ekonomi sirkular yang mengintegrasikan budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF) dengan ayam petelur dan pertanian organik urban.
Melalui sistem berkelanjutan ini, tercipta siklus tertutup (closed loop system): limbah organik rumah tangga dijadikan pakan maggot BSF, yang kemudian menjadi pakan ayam petelur, menghasilkan telur, sementara kotoran ayam dan residu maggot diolah menjadi pupuk organik cair dan kasgot untuk kebun sayur organik.
“Konsep ekonomi sirkular ini memungkinkan setiap output dari satu proses menjadi input bagi proses berikutnya. Tidak ada yang terbuang, semuanya bernilai,” ujar Prof. Sri Suhartini, STP., M.Env.Mgt., PhD, yang akrab disapa Prof. Neneng, selaku Ketua Tim Pelaksana Program.
Dengan potensi 132 kilogram sampah organik per hari dari 110 kepala keluarga, program ini diperkirakan dapat mengurangi beban sampah kota hingga 48 ton per tahun. Selain itu, sistem terpadu ini mampu menyediakan sumber protein hewani dan sayuran organik yang terjangkau bagi masyarakat sekitar.
Menurut Prof. Neneng, penerapan ekonomi sirkular bukan hanya soal pengelolaan limbah, tetapi juga perubahan pola pikir warga untuk melihat potensi ekonomi dari sampah yang dihasilkan sehari-hari. Program pemberdayaan ini berfokus pada tiga pilar utama, yakni biokonversi limbah organik, integrasi pangan berkelanjutan, dan pemberdayaan ekonomi komunitas.

Melalui pelatihan yang diberikan, warga dilatih mengolah limbah dapur menjadi pupuk organik cair dan kasgot. Selain itu, sistem maggot–ayam–sayur yang dikembangkan mampu menghasilkan telur dan sayuran organik bebas residu kimia.
Sehingga memperkuat ketahanan pangan keluarga. Dari sisi ekonomi, program ini membuka peluang usaha baru bagi ibu PKK, pemuda, dan kelompok rentan melalui produksi dan pemasaran telur, sayur, serta pupuk organik.
“Program ini tidak hanya mengurangi sampah dan menciptakan sumber pangan, tetapi juga membangun kemandirian ekonomi masyarakat. Ini adalah wujud nyata dari penerapan konsep berkelanjutan yang dapat dirasakan langsung manfaatnya,” terang Dr. Eng. Ir. Christina Wahyu Kartikowati, ST., MT, salah satu anggota tim pengabdian.
Inisiatif yang mendapat dukungan pendanaan dari Direktorat Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRPM) UB ini dijalankan oleh tim lintas disiplin yang terdiri dari Prof. Dr. Ir. Bambang Susilo, M.Sc.Agr., Dr. Eng. Ir. Christina Wahyu Kartikowati, ST., MT., Gabryna Auliya Nugroho, SP., M.Sc., M.P., Ni’matul Izza, STP., MT., PhD, serta tim teknis Riris Waladatun Nafi’ah, ST., MT., Novita Ainur Rohma, ST., MT., dan Andhika Putra Agus Pratama, ST., MT.
Selama tahun 2025, tim akan memberikan pendampingan teknis dan penyediaan fasilitas untuk memperkuat penerapan sistem sirkular di kampung tersebut.
“Konsep ekonomi sirkular ini sangat praktis dan menguntungkan. Sampah dapur kami tidak terbuang sia-sia, malah bisa menghasilkan telur dan sayuran segar setiap hari,” ujar Ketua RT 12/RW 03 Kampung TELOLET OM, Satibi, menyambut baik dan antusias hadirnya program tersebut.
Program ini juga mendukung pencapaian tiga tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu SDG 2 tentang Tanpa Kelaparan, SDG 11 tentang Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan, serta SDG 12 mengenai Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab.
Melalui penerapan konsep ekonomi sirkular, UB berharap dapat menjadikan Kampung TELOLET OM sebagai model percontohan pertanian urban berkelanjutan di Indonesia.
Lebih dari sekadar program pengelolaan sampah, inisiatif ini menjadi langkah nyata dalam mewujudkan ekosistem masyarakat mandiri pangan yang ramah lingkungan. Dengan sinergi antara perguruan tinggi dan masyarakat, UB terus memperkuat perannya sebagai kampus pelopor inovasi berkelanjutan yang membawa manfaat langsung bagi masyarakat dan lingkungan. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)




