MALANG POST – Janji itu akhirnya hanya sebatas angan-angan. Janji kepada Aremania, untuk bisa memberikan kemenangan di partai kandang, hanya bisa dipenuhi dengan permintaan maaf. Karena gagal mewujudkannya.
“Saya benar-benar minta maaf karena gagal memenuhi janji.”
“Padahal kami ingin memberikan kemenangan, sebagai hadiah untuk Aremania. Terutama untuk keluarga korban Tragedi Kanjuruhan, yang telah kehilangan hidup mereka di sini (Stadion Kanjuruhan, Red.),” ungkap pelatih Arema FC, Marcos Santos, seusai timnya kalah untuk keempat kali beruntun di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (8/11/2025) malam.
Selepas kekalahan ketiga di kandang dari Borneo FC, Minggu (26/10/2025) di pekan ke-10 Super League 2025/2026, Marcos Santos berjanji kegagalan meraih poin di kandang adalah yang terakhir.
Kenyataannya, saat menjamu Persija Jakarta di pekan ke-12, Arema kalah 1-2. Yang menjadi kekalahan keempat berturutan di partai kandang. Di hadapan 10.744 penonton yang memadati tribun Stadion Kanjuruhan.
Padahal di babak pertama, Arema sepertinya akan bisa memenuhi janji. Gol Valdeci Moreira di menit ke-12 lewat tendangan bebas dari luar kotak penalti, bertahan hingga 45 menit pertama selesai.
Tapi siapa menyangka, dua gol Eksel Runtukahu di menit 48 dan 50, membuyarkan impian Arema untuk bisa mempertahankan tiga poin kandang.
Duka itu tidak berhenti. Menit ke-84, Julian Guevara harus diusir Wasit Yudi Nurcahya, karena melakukan pelanggaran keras kepada Allano Brendon de Souza.
Awalnya Wasit Yudi memberikan kartu kuning untuk pelanggaran yang dilakukan tepat di pinggir garis tepi lapangan, di depan bench pemain Persija. Tapi setelah melakukan review on field pada layar VAR, kartu kuning dibatalkan dan diganti kartu merah langsung.
Padahal Sabtu sore itu, adalah penampilan perdana pemain asal Kolombia, setelah absen di pekan ke-11, karena sanksi kartu merah yang diterimanya di pekan ke-10.
Tidak berhenti sampai disitu. Akibat kartu merah tersebut, memicu keributan di bench pemain Persija. Beberapa oficial dan pemain kedua tim, terlibat dalam baku pukul. Hingga pemaksa Wasit Yudi mengeluarkan tiga kartu merah.
Satu kartu merah diberikan kepada Andre Caldas Costa, Asisten Pelatih Arema. Serta Italo Baritole Resende (Interpreter) dan Gerson Rodrigues Rios (Pelatih Kiper) dari Persija.
“Soal kartu merah, kita tidak bisa membenarkan adanya kekerasan dalam pertandingan. Termasuk saat kejadian di bench pemain Persija.”
“Apalagi ini di sebuah pesta yang indah, dengan puluhan ribu penonton kita, yang mau kembali datang ke Kanjuruhan,” kata Marcos Santos.
Fakta-fakta itulah, yang membuat Marcos Santos terlihat terpukul. Bahkan saat hadir dalam post match press conference, pelatih berlisensi Pro Conmebol ini, tampak berusaha memendam emosi dan kemarahan. Yang dibalut dengan kesedihan karena hasil laga yang di luar ekspektasi.
“Saya sangat sedih, ketika kita kehilangan tiga poin di sini. Kita harus meminta permohonan kepada Tuhan untuk bersatu, karena ini adalah rumah kita,” tambah pelatih bernama lengkap Marcos Vinicius Dos Santos Goncalves.
Pelatih asal Brasil itu memahami kekecewaan Aremania, yang belum bisa menerima kekalahan Arema di Stadion Kanjuruhan.
Apalagi pada Sabtu sore itu, jumlah penonton yang hadir secara langsung, memecahkan rekor jumlah penonton setelah Stadion Kanjuruhan direnovasi.
“Kami memahami kondisi tersebut dan kami memohon maaf.”
“Apalagi kami melihat di tribun, mereka terus mendukung, bertepuk tangan dan bernyanyi.”
“Saya sangat menghormati para penonton Arema dan saya minta maaf kepada para penonton yang datang hari ini,” kata pelatih 46 tahun ini.
Padahal diakuinya, kehadiran belasan ribu suporter itu, menjadi penawar bagi Arema. Sekaligus membuat semangat pemain menjadi berlipat ganda.
Marcos Santos lantas mencontohkan, ketika kiper Lucas Frigeri, di akhir-akhir pertandingan, sampai harus berlari ke gawang lawan, ketika Arema mendapat tendangan penjuru. Harapannya bisa berkontribusi untuk bisa membalas ketertinggalan hingga memenangkan pertandingan.
“Ketika saya datang dari Brasil, saya mengetahui apa yang terjadi di sini (Tragedi Kanjuruhan, Red.). Dan saya datang untuk mengangkat (mental) teman-teman ini. Untuk mewakili mereka dan berkontribusi untuk kembali ke arah yang benar,” sebutnya. (Ra Indrata)




