Talkshow bertajuk “Satu Langkah Berdaya: Perguruan Tinggi untuk Indonesia Tanpa Kemiskinan” di Aula F Gedung F FEB UB, Jumat (7/11/2025). (Foto: M. Abd. Rachman Rozzi/Malang Post).
MALANG POST – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB) menggelar talkshow bertajuk “Satu Langkah Berdaya: Perguruan Tinggi untuk Indonesia Tanpa Kemiskinan” di Aula F Gedung F FEB UB, Jumat 7 November 2025.
Acara ini menegaskan peran strategis perguruan tinggi sebagai agen perubahan sosial dan ekonomi yang berkontribusi langsung pada upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia.
Tujuan kegiatan ini jelas, yaitu menyoroti peran akademisi dan mahasiswa dalam riset, pengabdian kepada masyarakat, serta inisiatif pemberdayaan ekonomi yang relevan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Khususnya target No Poverty.
Melalui diskusi dan paparan program, acara ini menampilkan bagaimana universitas bisa menjadi motor transformasi di tingkat lokal maupun nasional. Berita ini menyoroti komitmen Universitas Brawijaya dalam mendorong perubahan sosial melalui penelitian, pendidikan, dan kemitraan dengan pemangku kepentingan.
Dr. Feri Prasetya, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi FEB UB, menegaskan bahwa universitas bukan hanya Menara Ilmu, tetapi juga pusat inovasi yang mendorong solusi nyata bagi masyarakat miskin. Ia menempatkan momentum acara ini selaras dengan Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2025 tentang optimalisasi pelaksanaan pengentasan kemiskinan.
Kehadiran perwakilan Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat serta beberapa narasumber meliputi : 1. Dimas Oky Nugroho, PhD (Pengamat Soaial Ekonomi), 2. Prof. Devanto Shasta Pratomo, S.E.,M.Si.,Ph.D (Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB), 3. Niken Ariati (Kepala Biro Hukum, Organisasi, dan Persidangan).
Menambah bobot acara, memperkuat peluang kolaborasi lintas sektor. Dr. Feri memaparkan sejumlah inisiatif transformasional yang dijalankan FEB UB, yang bisa menjadi basis kemitraan dengan kementerian terkait.
Beberapa program unggulan yang disorot antara lain: FEB UB menjadi pilot project Kementerian Keuangan melalui pusat keuangan publik dengan fokus desa fiskal cerdas.
Desa binaan dan partisipasi mahasiswa membangun desa, melibatkan sekitar seribu mahasiswa setiap tahun dari berbagai program studi di FEB UB. Secara keseluruhan, Universitas Brawijaya memiliki sekitar 70 ribu mahasiswa.
Kajian Pemberdayaan Masyarakat mencakup sekolah rakyat, KKN tematik, serta program Policy Innovation Lab dan riset terkait. Inkubasi sosial ekonomi bagi UMKM dan ekonomi kreatif, bekerja sama dengan pakar seperti Prof. Deva.
Rencana penyelenggaraan Brawijaya Empowerment Summit secara rutin, mempertemukan praktisi untuk memperkuat pemberdayaan masyarakat.
Dr. Feri menegaskan bahwa kerja sama dengan kementerian terkait diharapkan memperluas dampak program-program pemberdayaan dan menegaskan komitmen FEB UB untuk terus berinovasi sesuai arah kebijakan nasional demi kesejahteraan warga.
Penutup pidato menekankan kunci perubahan nyata terletak pada sinergi antara akademisi, pemerintah, dan praktik di lapangan.
Sementara itu, Diah Tri, staf ahli Kementerian Pemberdayaan Masyarakat, menegaskan komitmen kementerian untuk sinkronisasi dan koordinasi program-program pemberdayaan dalam lima tahun ke depan.
Ia mengajak semua pihak menjadikan pertemuan pagi itu sebagai titik awal perubahan nyata, dengan fokus utama pengurangan beban pengeluaran, peningkatan akses pendapatan, serta perbaikan kondisi rumah tidak layak huni.
Ia juga menyoroti peran generasi muda sebagai agen perubahan yang bisa memulai aksi dari kampus dan berlanjut menjadi program nyata di lapangan, seperti desa fiskal cerdas.
Selama sesi diskusi, perhatian tertuju pada pentingnya kerja sama antara pemerintah pusat, universitas, dan praktisi di lapangan untuk memastikan distribusi informasi dan program pemberdayaan merata di seluruh wilayah.
Diah menegaskan bahwa pertemuan ini diharapkan menjadi momentum untuk mempercepat langkah menuju Indonesia tanpa kemiskinan sesuai target SDGs, serta menyiapkan “naik kelas” bagi masyarakat yang masih berada di bawah garis kemiskinan.
Acara ditutup dengan ajakan menjaga kesungguhan dan konsistensi dalam upaya pemberdayaan, serta mendorong kolaborasi lebih lanjut dengan pihak kampus dan kementerian terkait. Diskusi dan rencana kegiatan lanjutan pun akan dilanjutkan untuk mempercepat dampak positif bagi warga dan perekonomian lokal. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)




