MALANG POST – Pemkot Batu terus tancap gas memperkuat sektor pertanian. Di bawah kepemimpinan Wali Kota Nurochman dan Wakil Wali Kota Heli Suyanto, Pemkot Batu berkomitmen menggenjot kualitas produksi pertanian lewat penerapan teknologi kultur jaringan.
Langkah awalnya dimulai dari bimbingan teknis (bimtek) bagi para petani dari 10 desa dan 1 kelurahan di Kota Batu.
Wakil Wali Kota Batu, Heli Suyanto menegaskan, bahwa penguatan sektor pertanian bukan sekadar rutinitas, melainkan bagian penting dari implementasi Visi-Misi Mbatu SAE. Guna mewujudkan Kota Batu sebagai sentra agro-kreatif yang modern dan mandiri.
“Petani hari ini harus bisa beradaptasi dengan teknologi. Salah satunya kultur jaringan. Ini bukan hal baru, tapi sekarang saatnya kita manfaatkan secara serius agar Kota Batu bisa menghasilkan benih unggul sendiri tanpa harus bergantung dari luar daerah,” tegas Heli, Kamis (30/10/2025).
Menurutnya, teknologi kultur jaringan menjadi kunci bagi petani untuk memperbanyak benih unggul, dengan kualitas seragam dan produktivitas tinggi. Metode ini cocok diterapkan di Kota Batu yang punya potensi besar di bidang hortikultura, tanaman pangan, hingga tanaman hias.
Saat ini, sekitar 65 persen warga Kota Batu menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Karena itu, peningkatan kapasitas petani menjadi langkah strategis, untuk memperkuat pondasi ekonomi daerah yang selama ini bertumpu pada hasil bumi.
Heli juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor. Antara pemerintah, lembaga riset, perguruan tinggi, hingga pelaku swasta. “Kita perlu bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk BRIN dan perguruan tinggi, agar pengembangan varietas unggul bisa dipercepat dan produk pertanian Kota Batu bisa menembus pasar ekspor,” ujarnya.

PERTANIAN PRODUKTIF: Wakil Wali Kota Batu, Heli Suyanto saat menghadiri kegiatan bimtek kultur jaringan bagi para petani, untuk pertanian Kota Batu yang makin produktif. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Kota Batu sendiri dikenal sebagai salah satu lumbung hortikultura Jawa Timur. Tercatat ada sekitar 25 jenis komoditas buah dan 26 jenis sayuran yang dibudidayakan di sejumlah klaster pertanian.
Diantaranya di wilayah Sumberbrantas, Tulungrejo, Gunungsari dan Dadaprejo — yang terkenal sebagai penghasil apel, sayur mayur, hingga bunga potong berkualitas tinggi.
Dalam kegiatan bimtek tersebut, Pemkot Batu menghadirkan sejumlah narasumber berpengalaman. Di antaranya Suhandriyo dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Dr. Dita Agisimanto dari Pusat Riset Hortikultura BRIN, serta Dr. Nuri Eka Palupi dari Balai Riset dan Mutu Produk (BRMP) Jestro Kota Batu.
Para narasumber memberikan paparan seputar teknik dasar kultur jaringan, cara menjaga kemurnian varietas, hingga peluang pengembangan produk pertanian berbasis inovasi riset. Harapannya, setelah pelatihan ini, para petani bisa mempraktikkan teknologi tersebut di lahan masing-masing.
“Dengan kultur jaringan, kita bisa memperbanyak bibit unggul dengan kualitas yang seragam dan waktu yang lebih singkat. Kalau ini diterapkan secara luas, Batu bisa mandiri benih sekaligus meningkatkan daya saing produk pertanian,” jelas Heli.
Langkah ini sejalan dengan arah pembangunan Kota Batu yang mengedepankan konsep pertanian modern berbasis inovasi dan riset. Bukan hanya mengejar kuantitas panen, tapi juga kualitas hasil dan nilai tambah ekonomi bagi petani.
“Dengan penguatan teknologi kultur jaringan, Kota Batu tak hanya ingin dikenal sebagai kota wisata alam, tapi juga sebagai agro city yang mampu menjadi laboratorium hidup pengembangan pertanian modern di Jawa Timur,” tutupnya. (Ananto Wibowo)




