PENGGUNA: Siati (52), warga Jalan Batu Amaril (Jambangan) Pandanwangi, seusai melintas di Jembatan Bambu Sonokembang pada Minggu (26/10/2025) kemarin. (Foto: Iwan Irawan/Malang Post)
MALANG POST – Ketua RT 4 RW 5, Kelurahan Pandanwangi, Blimbing, Khotib Hambali mengaku, Pemkot Malang sempat menolak swadaya warga setempat, untuk mengatasi ditutupnya Jembatan Sonokembang.
Warga Pandanwangi, membuat jembatan darurat dari bahan bambu. Agar bisa melintas di atas jembatan yang pondasinya ambrol. Paling tidak bisa untuk melintas motor dan pejalan kaki.
“Pemkot mungkin khawatir kalau pakai jembatan bambu, bisa memicu kecelakaan lebih tragis nantinya.”
“Kami diharapkan lebih sabar. Untuk sementara waktu, Jembatan Sonokembang memang harus ditutup total,” terang Khotib kepada Malang Post, Senin (27/10/2025).
Tetapi karena warga sekitar membutuhkan akses yang bisa melintasi jembatan, atas kesepakatan warga, pihaknya menginisiasi pembuatan jembatan sementara dari bambu.
“Kita pakai bahan bambu yang berkualitas bagus, tanpa perlu membeli. Kita ambil dari lahan milik warga. Ketahanannya bisa kuat sampai setengah tahun.”
“Kami juga libatkan penjagaan dan pengawasan selama 24 jam di lokasi. Yang jaga warga sendiri dengan tiga shift. Semuanya swadaya,” jelas dia.
Disinggung antisipasi kejadian tidak diinginkan, Khotib menegaskan, bakal menutup total kembali Jembatan Sonokembang, jika cuacanya kurang baik atau hujan deras.
“Kita antisipasi sedini mungkin terjadinya kecelakaan. Artinya selama cuaca mendukung, jembatan itu bisa dipakai menyeberang. Tapi khusus untuk roda dua saja dengan jalan kaki,” tegasnya.

Pengguna jalan atau pemanfaat jembatan bambu Sonokembang. Terpantau pada Senin (27/10/2025) pagi ini, memanfaatkan akses jalan tersebut. (Foto: Iwan Irawan/Malang Post)
Warga mengaku jika menunggu pembangunan jembatan sementara model Bailey, akan butuh waktu cukup lama. Karena baru bisa Desember 2025. Apalagi sampai dipermanenkan pada 2026. Sedangkan kebutuhan warga akan akses jalan, sangat mendesak.
Terpisah, anggota Komisi C DPRD Kota Malang, Arif Wahyudi, terkait rencana Pemkot Malang membangun jembatan sementara sistem Bailey, sepanjang dibayar belakangan tidak jadi masalah. Akan tetapi, jika nilainya berskala besar dengan pemanfaatannya hanya beberapa bulan saja, cukup disayangkan.
“Tapi ini merupakan kondisi darurat. Harus dikedepankan pengerjaannya dulu. Dipelajari pula mekanisme pengadaan barang dan jasa kebencanaan. Sesuai regulasi di Perpres 16/2018 dan Perpres 12/2021,” tutur Arif.
DPRD Kota Malang menilai, Pemkot Malang kurang tanggap terhadap musibah ini. Kerugian masyarakat sangat besar, ketika dilakukan penutupan total akses di Jembatan Sonokembang tersebut.
“Kami berharap Pemkot Malang melalui DPUPRPKP bisa segera mencarikan solusi sementara. Sebagaimana diupayakan warga Pandanwangi yang begitu tinggi nilai kepeduliannya.”
“Upaya atau inisiatif dari warga RT 4 Pandanwangi, patut kita apresiasi dan acungi jempol. Semoga tidak terjadi apa-apa sambil melakukan pengawasan dan pemantauan. Sambil menunggu janji dari Pemkot Malang,” tambahnya.
Sementara itu, salah satu pengguna akses Jembatan Sonokembang dari bambu yang diinisiasi warga RT 4 RW 5 Pandanwangi, Siati (52) warga Jalan Batu Amaril (Jambangan) Pandanwangi, Blimbing, mengaku sangat terbantu dengan adanya akses jalan sementara itu.
“Beberapa Minggu kemarin harus memutar lewat Dusun Jabon Mangliawan dan tembus Sawojajar, untuk ke Bunulrejo.”
“Setelah ada jembatan bambu ini, kami lebih cepat dan lebih dekat jika beraktifitas ke Bunulrejo. Kami sangat berterima kasih kepada pihak yang peduli dan menginisiasi jembatan ini,” cetusnya. (Iwan Irawan/Ra Indrata)




