Si Kembar Wisudawan UNISMA, Desy Dwi Setyaningrum dan Defy Dwi Setyaningrum. (Foto: M Abd Rachman Rozzi/Malang Post)
MALANG POST – Sorotan publik seputar wisuda Universitas Islam Malang (Unisma) periode 77 tidak hanya pada momen kelulusan, tetapi juga pada dua sosok saudara kembar yang meraih prestasi gemilang.
Desy Dwi Setyaningrum dan Defy Dwi Setyaningrum, keduanya lulusan Prodi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi, menjadi panutan dan perhatian karena keduanya turut diwisuda pada hari yang sama dan sama-sama menempuh program studi serta kelas yang sama.
Keduanya berasal dari Lawang, Kabupaten Malang, dan berhasil mengantongi IPK nyaris sempurna. Desy meraih IPK 3,97, sementara Defy membukukan 3,95.
Meski begitu, Desy masuk dalam tiga wisudawan terbaik Unisma periode 77, sedangkan Defy tidak masuk predikat tersebut. Keduanya tetap meraih prestasi gemilang dengan kelulusan tepat waktu dalam empat tahun (delapan semester).
Desy Dwi Setyaningrum menyampaikan bahwa tugas akhirnya membahas strategi pemasaran di perbankan, dengan fokus penelitian pada Bank Syariah Indonesia (BSI) selama tiga bulan.
Ia menyoroti tiga strategi pemasaran yang dianggap paling efektif: Social Media Marketing, Direct Marketing, dan Word of Marketing, yang diterapkan pada produk baru BSI sebagai sampel.
“Ada tiga strategi yang saya pakai: Social Media Marketing, Direct Marketing, dan Word of Marketing. Ketiga strategi ini diterapkan pada produk baru dari BSI yang jadi sampel saya, dan yang paling efektif di tiga strategi itu,” ujar Desy saat ditemui di Unisma, Kamis (23/10/2025).
Desy pun mengulas dinamika kebersamaan dengan saudara kembarnya. Meskipun sering berada di kelas yang sama, keduanya mengaku tetap saling bersaing secara sehat, terutama saat ujian.
Namun, mereka berdua selalu saling mendukung dan kerap belajar bersama, bahkan berangkat dari rumah Lawang secara berbarengan.
“Saya dan Defy sering berangkat bersama, belajar bersama, dan mengerjakan tugas bareng. Kecuali saat ujian ya, Insya Allah tidak saling mencontek,” tutur Desy.
Defy pun menegaskan bahwa meski IPK-nya sedikit lebih rendah, ia tidak masalah karena yang terpenting baginya adalah bisa wisuda bersama kakaknya dengan prestasi yang baik.
“Nilai saya 3,95, tidak masalah berada di bawah dia (Desy) asalkan bisa wisuda bareng. Alhamdulillah,” ujarnya sambil berbagi kebahagiaan.
Keduanya juga menyoroti dukungan orang tua yang meminta mereka menempuh pendidikan bersama. Jarak rumah yang cukup jauh dari Lawang juga tak menghalangi semangat mereka untuk tetap berjuang di Unisma, bahkan keduanya biasa berangkat bersama naik motor satu jam perjalanan.
Kisah Desy dan Defy bukan sekadar testimoni tentang kerja keras, tetapi juga contoh nyata bagaimana persaudaraan, disiplin, dan kolaborasi positif bisa menghasilkan prestasi gemilang di ajang akademik. (*/M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)




