MALANG POST – Indonesia sehat jiwa (ISJ), mendorong kesadaran mental health di Malang. Karenanya, ISJ menyoroti ada korelasi antara self-esteem dan peningkatan risiko menjadi korban perundungan di kalangan pelajar dan mahasiswa.
Kata Ketua ISJ, Sofia Ambarini, saat menjadi narasumber talk show di program Idjen Talk, yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, korban bullying cenderung tidak mampu membela diri. Bahkan di beberapa kasus yang tercatat, ada unsur rasisme.
“Melalui program pencegahan bunuh diri dan peningkatan kesadaran kesehatan mental, ISJ membuka hotline yang tercatat ada peningkatan jumlah laporan. Karena banyak korban yang mulai merasa aman didengar dan bercerita di ISJ,” katanya, Kamis (23/10/2025).
Sebagai program preventif, imbuhnya, ISJ juga membentuk jaringan khusus di sekolah tingkat SD hingga SMA di Kota Malang.
Tujuannya untuk menanamkan nilai empati siswa dan mendorong terbentuknya budaya saling jaga, bukan saling mengolok.
Sekretaris Jenderal Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Malang Raya, Christian Fernando Saragih, menilai, persoalan perundungan di kampus masih dianggap remeh oleh sebagian pihak.
Bahkan di beberapa kampus, katanya, ada pandangan senioritas sebagai tradisi yang seolah dibenarkan turun-temurun.
“Keberadaan Satgas PPKPT di sejumlah perguruan tinggi, juga belum sepenuhnya dirasakan.” “Di Polinema sendiri, BEM membangun ruang aman khusus bagi mahasiswa terutama perempuan. Pendekatan itu diharapkan mampu membantu korban perundungan,” sebutnya.
Selain itun Christian juga menekankan pentingnya sikap tegas dari pihak kampus, pada pelaku bullying.
Dia mengatakan, BEM Malang Raya berkomitmen untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan penuh empati.
Sementara itu, Ketua Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Perguruan Tinggi (PPKPT), Universitas Merdeka Malang, Eka Indah Nurmawati, S.Psi., M.Psi., Psikolog mengatakan, total ada empat laporan terkait perundungan hingga Oktober 2025.
Namun pihaknya menilai, meski laporan tergolong sedikit bukan berarti masalah tidak ada. “Bisa saja ada mahasiswa yang enggan melapor karena takut atau malu,” katanya.
Eka menjelaskan, sistem pelaporan di Unmer Malang saat ini dibuat lebih aman untuk seluruh civitas akademika.
Setiap laporan yang masuk, akan diproses melalui assessment pada korban dan pelaku, untuk memastikan penanganan tepat.
“Satgas PPKPT juga mempunyai program preventif, seperti edukasi empati dan deteksi dini terhadap tanda-tanda korban perundungan.”
“Kami juga melibatkan mahasiswa dari setiap fakultas sebagai pendamping sebaya, agar pendekatan lebih efektif,” tandasnya. (Faricha Umami/Ra Indrata)




