
MALANG POST – Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (FIB UB) menjadi tuan rumah The 71st TEFLIN International Conference. Konferensi ini berfokus pada isu-isu terkini dalam pengajaran Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing (TEFLIN – Teachers of English as a Foreign Language in Indonesia). Berlangsung Rabu-Jumat, 8-10 Oktober 2025 di Gedung Samantha Krida UB.
Pada hari kedua, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed., menjadi pembicara kunci dalam acara TEFLIN UB 2025. Ia menyampaikan dua kebijakan pendidikan fundamental yang akan segera diterapkan di Indonesia.
Yaitu, pertama, integrasi Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib mulai Kelas 3 Sekolah Dasar (SD). Kedua, keharusan bagi para guru untuk menguasai teknologi Kecerdasan Buatan (AI).
Dalam pidatonya, Prof. Abdul Mu’ti menekankan perlunya reformasi dalam sistem pendidikan dasar di Indonesia, untuk menghadapi tantangan global dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sejak dini.
- Bahasa Inggris Masuk SD Kelas 3
Prof. Mu’ti mengumumkan inisiatif agar Bahasa Inggris tidak lagi hanya menjadi muatan lokal atau pilihan di banyak daerah. Melainkan menjadi mata pelajaran yang distandardisasi dan dimulai sejak Kelas 3 SD.
Tujuan: Memperkenalkan kemampuan literasi dan komunikasi dasar Bahasa Inggris lebih awal kepada siswa, mengingat pentingnya bahasa Inggris dalam era globalisasi.
Implikasi: Kebijakan ini menuntut kesiapan infrastruktur, kurikulum yang sesuai, dan terutama, guru-guru SD yang kompeten dalam mengajar Bahasa Inggris.
- Guru Harus Siap Kuasai AI
Poin kedua yang digarisbawahi oleh Mendikdasmen adalah pentingnya integrasi teknologi dalam pendidikan. Ia menegaskan bahwa para guru, termasuk guru Bahasa Inggris, harus siap menguasai dan memanfaatkan Kecerdasan Buatan (AI) untuk menunjang proses belajar-mengajar.
Pemanfaatan AI: AI diharapkan dapat membantu personalisasi pembelajaran, menyediakan materi ajar yang interaktif, dan meringankan beban administrasi guru.
Peran Guru: Prof. Mu’ti mengingatkan bahwa meskipun teknologi AI digunakan, peran guru tetap sentral. Terutama dalam memandu siswa menggunakan gawai dan AI secara bijak dan bertanggung jawab. Kesiapan guru dalam mengadopsi teknologi ini akan menjadi salah satu fokus pelatihan dan pengembangan profesional ke depan.
Sementara itu, Seminar Internasional ini diikuti 640 peserta dari puluhan negara yang membahas berbagai isu strategis dalam pembelajaran bahasa Inggris. Termasuk kesiapan tenaga pendidik dan integrasi teknologi kecerdasan buatan dalam proses belajar mengajar.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor I UB, Prof Imam Santoso bersama Presiden TEFLIN Prof Dra Hj Utami Widiati MA PhD, serta dihadiri Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia Prof Abdul Mu’ti.
Presiden TEFLIN, Prof Utami Widiati menjelaskan bahwa ke depan pembelajaran bahasa Inggris akan menjadi mata pelajaran wajib mulai jenjang sekolah dasar.
“Nantinya pembelajaran bahasa Inggris menjadi wajib mulai kelas 3 sekolah dasar. Karena itu, saat ini sedang disiapkan kebutuhan untuk mendukung kebijakan tersebut, mulai dari SDM pendidiknya hingga sarana prasarananya,” ujarnya
Lebih lanjut, Prof. Utami menambahkan bahwa metode pembelajaran bahasa Inggris akan disesuaikan dengan perkembangan teknologi, termasuk pemanfaatan Artificial Intelligence (AI).
“Kita juga membahas regulasi terkait penggunaan AI serta dampak positif dan negatifnya terhadap proses belajar,” jelasnya.
Ketua Pelaksana TEFLIN 2025 Prof Dr Zuliati Rohmah MPd menyoroti pentingnya meningkatkan minat baca di era digital. Diharapkan, melalui forum ini, para akademisi dan praktisi berharap dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan yang mendukung peningkatan mutu pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia, seiring dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan global yang semakin dinamis. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)