
MALANG POST – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu kini tengah sibuk menuntaskan asesmen di puluhan titik lokasi bencana yang terjadi sepanjang 2025. Total ada 93 lokasi kejadian bencana yang dikaji secara menyeluruh, mulai dari longsor, banjir, hingga kerusakan infrastruktur yang melanda sejumlah kawasan.
Langkah ini bukan sekadar pendataan. Tapi juga bagian dari upaya strategis pemerintah untuk merumuskan intervensi tepat dalam pemulihan sosial dan ekonomi masyarakat terdampak.
Plt Kepala Pelaksana BPBD Kota Batu, Suwoko menjelaskan, bahwa asesmen dilakukan secara detail oleh tim dari Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi. Proses ini menyangkut pendataan kerusakan, kebutuhan warga, hingga identifikasi prioritas bantuan.
“Asesmen ini bertujuan untuk memulihkan fungsi normal kehidupan masyarakat, memperbaiki sarana dan prasarana yang rusak, serta menormalkan kembali pelayanan pemerintahan pascabencana,” urai Suwoko, Selasa (7/10/2025).
Dari total 93 titik yang dikaji, 70 lokasi sudah rampung diasesmen. Hasilnya, 38 titik di antaranya telah menerima bantuan stimulan dari pemerintah. Bantuan itu berupa material bangunan dasar seperti batu kali, batu koral, pasir, semen, besi, tanah uruk, hingga paralon.
“Sementara 42 titik lainnya masih menunggu kesiapan warga untuk pelaksanaan pembangunan,” tambahnya.
Selain bantuan material, BPBD juga menyalurkan dukungan makan dan minum bagi warga yang terlibat dalam kegiatan pemulihan. Dukungan itu menjadi bagian dari kolaborasi antara Pemkot Batu, masyarakat dan aparatur kelurahan atau desa setempat.

BENCANA ALAM: Sebanyak 93 bencana alam terjadi di Kota Batu hingga Oktober 2025, saat ini BPBD Kota Batu tengah melakukan kajian untuk pemulihan sosial dan ekonomi masyarakat. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Dengan pendataan yang semakin akurat, Suwoko optimistis langkah ini bisa membantu pemerintah menyusun strategi pemulihan yang lebih terarah. Baik dari sisi fisik, sosial, maupun ekonomi warga terdampak.
Lebih lanjut, dari tiga kecamatan di Kota Batu, Bumiaji tercatat sebagai wilayah dengan jumlah lokasi terdampak paling banyak. Total ada 32 titik penerima bantuan stimulan di kecamatan ini. Sementara di Kecamatan Batu terdapat 30 titik dan Kecamatan Junrejo terdapat delapan titik.
Jika dirinci lebih jauh, dari 70 titik penerima bantuan stimulan, sebanyak 48 unit merupakan fasilitas umum (fasum) seperti jalan lingkungan, talut dan drainase. Sedangkan 22 unit lainnya adalah rumah warga yang mengalami kerusakan ringan hingga sedang akibat bencana alam.
“Kami tidak hanya fokus pada infrastruktur, tapi juga memastikan pemulihan sosial dan ekonomi warga berjalan seiring,” jelas Suwoko.
Menurut BPBD, kegiatan asesmen ini juga menjadi sarana membangun kesadaran dan ketangguhan masyarakat menghadapi bencana. Melalui kolaborasi antara pemerintah dan warga, diharapkan pemulihan tak hanya berfokus pada fisik, tapi juga memperkuat hubungan sosial dan kesiapsiagaan ke depan.
“Pemulihan pascabencana bukan hanya membangun yang rusak, tapi juga membangun semangat dan kemandirian warga. Dengan begitu, ketika bencana datang lagi, masyarakat sudah lebih siap,” urainya.
Dengan langkah terukur ini, Pemkot Batu berharap tahun-tahun mendatang tidak hanya lebih tangguh dalam menghadapi risiko bencana, tetapi juga lebih cepat pulih secara sosial dan ekonomi setelahnya. (Ananto Wibowo)