
KOMPAK: Imawan Mashuri (berdiri nomor tiga dari kanan), bersama-sama pengurus PWI Malang Raya, seusai dikukuhkan sebagai Anggota Dewan Penasehat PWI Pusat. (Foto: Istimewa)
MALANG POST – Chief Executive Officer Arema Media Group (Malang Post, malang-post.com, Radio City Guide 911 FM), Imawan Mashuri, dikukuhkan sebagai Anggota Dewan Penasehat PWI Pusat, untuk masa bakti 2025-2030.
Pengukuhan wartawan senior kelahiran Lawang, Kabupaten Malang ini, dilakukan Ketua PWI Pusat, Akhmad Munir, di Museum Pers Nasional, Surakarta, Sabtu (4/10/2025) kemarin. Bersama-sama dengan sekitar 130-an pengurus PWI Pusat lainnya.
Sebelum menjadi ‘orang pusat’ Imawan Mashuri, tercatat sebagai anggota Dewan Pakar PWI Jawa Timur. Termasuk meraih press card number one dari PWI Pusat.
Momen pengukuhan tersebut, juga berlangsung sangat spesial dan bersejarah. Karena digelar pertama kalinya di Museum Pers Nasional, yang merupakan tempat bersejarah bagi lahirnya PWI, sebagai organisasi wartawan pertama di Indonesia pada 9 Februari 1946.
Acara pengukuhan dihadiri langsung Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid; Wakil Menteri Komdigi, Nezar Patria; Wakil Ketua Dewan Pers, Totok Suryanto; Wakil Wali Kota Solo, Astrid Widayani; Karobinopsnal Baharkam Polri, Brigjen Pol Erwin Kurniawan; Wakapolda Jateng, Kombes Pol Latif Usman. Serta ratusan perwakilan PWI dari berbagai daerah, termasuk PWI Malang Raya.
Tak hanya seremoni pengukuhan, rangkaian kegiatan juga menghadirkan dialog nasional bertema: “Merawat Keadaban Bangsa di Tengah Desakan Epidemi Disinformasi dan Supremasi Kecerdasan Buatan.”
Diskusi ini menghadirkan Wamenkomdigi Nezar Patria, Wakil Ketua Dewan Pers Totok Suryanto, serta Ketua PWI Bidang Pendidikan Agus Sudibyo, dimoderatori jurnalis senior Wahyu Muryadi.

RESMI: Ketua PWI Pusat, Akhmad Munir, ketika mengukuhkan sekitar 130 pengurus PWI Pusat masa bakti 2025-2030 di Museum Pers Nasional, Surakarta, Sabtu (4/10/2025) kemarin. (Foto: Istimewa)
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum PWI Pusat, Akhmad Munir menegaskan, kepengurusan PWI Pusat yang baru ini, memiliki semangat perjuangan untuk mengembalikan marwah PWI.
Yakni dengan persatuan, yang menjadi kunci kebangkitan organisasi PWI. Ia mengingatkan bagaimana kondisi PWI berada di titik nadir sampai tercapainya persatuan melalui kongres di Cikarang, 30 Agustus 2025 lalu.
“Tanpa persatuan, organisasi PWI lumpuh. Dengan persatuan, PWI kini bisa kembali berperan menjaga martabat pers Indonesia.”
“Kami berharap dengan spirit persatuan, dengan semangat perjuangan dari kita semua, kita kembalikan marwah PWI dan masyarakat pers Indonesia. In Sya Allah ini akan segera terwujud,” ucapnya.
Direktur Utama LKBN Antara ini juga berharap, organisasi profesi tertua di Indonesia ini, dapat terus berkolaborasi dengan berbagai stakeholder termasuk pemerintah. Untuk bisa memberikan informasi yang sehat dan akurat kepada masyarakat.
“Karena itu kami mengajak pemerintah dan stakeholder untuk berkolaborasi membangkitkan semangat dan gelora masyarakat pers,” katanya.
Mantan Ketua PWI Jawa Timur ini juga menekankan, PWI merupakan organisasi yang mengemban misi terwujudnya kehidupan pers yang merdeka, profesional, bermartabat, dan berpegang pada kode etik jurnalistik.
“Keberadaan saudara-saudara sekalian dalam kepengurusan Persatuan Wartawan Indonesia melalui proses yang selektif dan dipercaya mampu mengemban misi tersebut,” tegasnya.
Sementara itu, Meutya Hafid ketika memberikan pengantar menyebut, momen pengukuhan pengurus baru, bukan sekadar seremoni. Tetapi menjadi peluang yang penting untuk memperkuat peran pers dalam menjaga kebenaran dan persatuan bangsa.
“Pemerintah akan terus berkomitmen untuk menjaga independensi pers, tanpa melakukan intervensi dalam proses rekonsiliasi organisasi wartawan.”
“Kami memilih berperan sebagai orkestrator, bukan pengatur.”
“Pemerintah berhati-hati, agar tidak sedikit pun terlibat. Karena independensi pers harus dijaga,” tegas mantan Ketua Komisi I DPR RI ini.
Karena itulah, mantan wartawan ini, secara khusus memberikan apresiasi atas keberhasilan PWI mencapai rekonsiliasi secara demokratis, tanpa ada tekanan dari pihak manapun.
“Ketika para senior dan generasi muda insan pers bersatu, saya yakin persatuan ini bisa terwujud. Seperti yang kita lihat hari ini.”
“Karena waktu saya baru dilantik menteri, kedatangan senior-senior pers. Karena saya dulunya wartawan, kalau kedatangan senior agak ndredek-ndredek-nya, membicarakan mengenai bagaimana menyatukan PWI,” jelas Meutya. (Ra Indrata)