
MALANG POST – Lewat program tahunan Learning Express (LEX), UMM dan Singapore Polytechnic (SP) bersinergi untuk mengasah kemampuan mahasiswa dalam merancang solusi nyata bagi permasalahan komunitas, sejalan dengan semangat Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan.
Adapun agenda yang dimulai sejak 29 September 2025 ini juga akan memamerkan prototipe di akhir rangkaian kegiatan. Program LEX ini merupakan bagian rutin tahunan yang tujuannya membantu komunitas lokal dengan menciptakan purwarupa atau prototipe yang mampu meningkatkan kualitas hidup atau pekerjaan sehari-hari mereka.
Koordinator Program LEX UMM tahun 2025, Azza Bimantara M.A menjelaskan pentingnya kegiatan ini. Menurutnya bagi UMM, program ini adalah salah satu ujung tombak kemitraan yang kurang lebih sudah berjalan lebih dari satu dekade dengan Politeknik Singapura. Program tersebut juga pada dasarnya adalah Kuliah Kerja Nyata (KKN) versi internasional bagi mahasiswa Singapura.
Tahun ini, sebanyak 30 mahasiswa dari SP berkolaborasi dengan 30 mahasiswa UMM yang bertindak sebagai student buddies atau pendamping. Dengan tambahan dukungan dari fasilitator dan koordinator dari kedua belah pihak, total 74 orang terlibat dalam merajut inovasi ini.
Kegiatan yang berlangsung selama 12 hari, mulai dari 29 September hingga 10 Oktober 2025, adalah ajang krusial untuk mengaplikasikan ilmu dalam konteks sosial yang nyata.
Keunikan program ini terletak pada keragaman disiplin ilmu pesertanya meskipun mayoritas mahasiswa SP berasal dari klaster sains dan teknologi, termasuk teknik mesin, informatika, hingga teknik dirgantara. Sementara, mahasiswa UMM yang direkrut sebagai pendamping sangatlah beragam.

Mereka datang dari latar belakang sosial humaniora, seperti Psikologi, Hubungan Internasional, dan Komunikasi, hingga klaster sains dan teknologi, seperti Fakultas Teknik dan Fakultas Pertanian dan Peternakan.
Keragaman latar belakang ini menjadi kunci keberhasilan program. Azza berharap melalui perbedaan ini, mahasiswa UMM bisa belajar cara kerja dan kolaborasi dari rekan-rekan mereka.
“Harapannya mahasiswa UMM yang ikut serta dalam kegiatan ini bisa belajar dari mereka juga bagaimana mereka bekerja, bagaimana mereka belajar, bagaimana kemudian mereka bekerja sama dan berkolaborasi untuk memecahkan persoalan sekaligus menciptakan inovasi bersama,” tegasnya.
Optimisme serupa juga datang dari mahasiswa SP bernama Darren. Ia ingin bisa menjalin ikatan dengan orang-orang Indonesia dan juga belajar lebih banyak tentang budaya mereka dan juga meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Indonesia. Mahasiswa jurusan analisis kecerdasan buatan (AI Analytics) ini juga berharap dapat mempelajari cara masyarakat setempat berkomunikasi.
Program LEX 2025 menegaskan komitmen UMM dalam memberikan pengalaman belajar yang aplikatif dan berorientasi global. Sekaligus memperkuat posisinya sebagai kampus yang aktif berkontribusi dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal dan internasional. (*/M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)