
MALANG POST – Kota Batu kembali bersolek. Setelah sukses di tahun-tahun sebelumnya, ajang pameran anggrek nasional Batu Shining Orchids Week (BSOW) 2025 akan kembali digelar di Balai Kota Among Tani, 3–12 Oktober mendatang.
Gelaran ini sekaligus menjadi bagian dari rangkaian Hari Jadi ke-24 Kota Batu pada 17 Oktober nanti. Tahun ini, BSOW memasuki penyelenggaraan edisi ke-8. Mengusung tema “Growing Together”, acara tersebut diyakini bakal menjadi pameran anggrek terbesar di Indonesia.
Sebanyak 72 stan dari berbagai daerah akan hadir membawa aneka varietas anggrek endemik Nusantara. Tak hanya komunitas dan pecinta anggrek, pelaku usaha hingga breeder nasional pun ikut memamerkan koleksi terbaiknya.
“Ajang ini bukan sekadar kompetisi atau pameran bunga, tapi juga momentum membangun sinergi antara pemerintah, komunitas dan pelaku usaha. Semua bergerak bersama untuk memajukan sektor florikultura Indonesia,” ujar Wali Kota Batu, Nurochman, Selasa (30/9/2025).
Tak melulu dari dalam negeri, BSOW 2025 juga diikuti peserta luar negeri. Thailand dan Singapura memastikan ambil bagian. Bahkan, anggrek ekspor asal Taiwan serta Thailand disebut-sebut berpotensi hadir.
Koleksi langka seperti Phalaenopsis gigantea hingga Bulbophyllum phalaenopsis bakal memanjakan mata pengunjung. Selain itu, para breeder dalam negeri juga akan menghadirkan hasil persilangan terbaru yang unik dan menarik.
Bukan hanya pameran, ada pula Orchid Competition tingkat nasional yang mempertandingkan kategori best of show, best of species, hingga best of hybrid. Sementara itu, kreativitas peserta juga diuji lewat Orchid Landscape Competition yang menampilkan desain taman anggrek bernuansa artistik.

PAMERAN ANGGREK: Wali Kota Batu, Nurochman saat melihat Anggrek di salah satu lokasi budidaya Anggrek di Kota Batu. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Menurut Cak Nur, BSOW bukan hanya soal bunga, tapi juga soal ekonomi. Setiap tahun, ajang ini selalu menyedot perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara. Tak sedikit pengunjung datang khusus untuk berburu koleksi anggrek endemik.
“Saya yakin, pameran ini mampu memicu perputaran ekonomi yang signifikan. Baik dari transaksi penjualan anggrek, maupun dari sektor pariwisata. Dampaknya langsung ke pertumbuhan daerah,” tutur Cak Nur.
Ia juga menegaskan, geliat industri anggrek nasional banyak berawal dari Kota Batu. Tak heran bila 77 persen kontribusi produksi anggrek di Jawa Timur berasal dari kota berjuluk Shining Batu ini.
“Batu Shining Orchids Week menjadi momentum untuk menunjukkan anggrek sebagai produk unggulan yang siap bersaing di pasar internasional,” sebutnya.
Dengan reputasi yang terus menguat, Kota Batu kini membidik target lebih tinggi. Pemkot Batu optimistis BSOW bisa berkembang menjadi event berskala Asia Pasifik di masa depan.
“Kami punya ambisi besar menjadikan Kota Batu sebagai pusat pengembangan anggrek di tingkat Asia Pasifik. Acara ini jadi panggung untuk menunjukkan potensi florikultura kita kepada dunia,” sebutnya.
Ia menambahkan, iklim sejuk Kota Batu sangat mendukung pertumbuhan anggrek. Ditambah sumber daya manusia kreatif serta inovatif, Kota Batu diyakini mampu menjadi produsen anggrek terbesar di Indonesia.
“BSOW bukan sekadar pesta bunga, tapi juga bukti nyata bahwa agribisnis, khususnya florikultura, bisa jadi motor pertumbuhan ekonomi. Dari Kota Batu untuk Indonesia, bahkan untuk dunia,” tutupnya. (Ananto Wibowo)