
Awas musim hujan telah tiba, bila hujan deras daerah suhat Kota Malang juga rawan banjir. (Foto: M. Abd. Rachman Rozzi/Malang Post)
MALANG POST – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa musim hujan 2025/2026 di Jawa Timur, akan datang lebih awal dibandingkan biasanya. Perkiraan awal hujan mulai bulan Oktober 2025.
Fenomena ini mencakup 49 zona musim (ZOM) dari total 74 ZOM yang tersebar di 38 kabupaten/kota se-Jawa Timur. Prediksi ini menunjukkan perubahan pola hujan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan pola musim hujan historis.
Berdasarkan analisis BMKG, fenomena El Niño–Southern Oscillation (ENSO) diperkirakan netral hingga akhir tahun 2025. Sementara itu, Indian Ocean Dipole (IOD) diperkirakan berada dalam fase negatif hingga bulan November 2025 sebelum kembali ke kondisi netral.
Kondisi ENSO netral dan IOD negatif ini umumnya terkait dengan variasi pola curah hujan di wilayah Indonesia, termasuk Jawa Timur, yang bisa memengaruhi kapan tepatnya musim hujan mulai dan bagaimana intensitas curah hujannya.
Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Timur, Anung Suprayitno, menyampaikan bahwa pergeseran musim ini terjadi cukup signifikan.
“Hampir seluruh wilayah Jawa Timur awal datangnya musim hujan tahun 2025-2026 maju dibandingkan normalnya,” ungkapnya dalam beberapa rilis yang dilansir redaksi Malang post Senin (29/9/2025).
Pernyataan ini menegaskan tren percepatan kedatangan musim hujan di sebagian besar daerah di provinsi tersebut. Meskipun ada variasi antar wilayah karena karakteristis geografis lokal dan pola curah hujan bulanan.
Dari total 74 zona musim di Jawa Timur, 49 zona diperkirakan akan memasuki musim hujan pada bulan Oktober 2025. Sebanyak 14 zona lainnya diperkirakan mulai hujan pada bulan November 2025.
Selain itu, ada beberapa zona yang mulai hujan lebih awal dibandingkan bulan Oktober, dan ada juga wilayah yang mulai lebih terlambat meskipun secara umum tren regional menunjukkan percepatan kedatangan musim hujan.
Data ini menunjukkan bahwa dampak perubahan iklim dan dinamika cuaca lokal bisa memunculkan variasi waktu masuk musim hujan meskipun tren umumnya cenderung lebih awal.
Awal musim hujan paling cepat diprediksi terjadi di Kabupaten Malang bagian selatan, Lumajang bagian barat, dan Banyuwangi bagian barat. Ketiga wilayah ini diperkirakan mengalami musim hujan sejak dasarian pertama bulan September 2025.
Kondisi ini menandakan adanya percepatan lebih dari satu bulan terhadap pola normal kedatangan musim hujan di daerah tersebut. Sebaliknya, Situbondo bagian utara diperkirakan paling akhir memasuki musim hujan, dengan prediksi wilayah tersebut baru mengalami musim hujan pada dasarian pertama Desember 2025.
Pergeseran waktu masuk musim hujan yang cukup jelas di wilayah-wilayah barat daya hingga tengah Jawa Timur ini menjadi fokus perhatian bagi dinas terkait dan pemangku kepentingan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan respon terhadap potensi bencana yang terkait dengan curah hujan tinggi.
BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Timur juga mencatat adanya wilayah yang mengalami hujan sepanjang tahun. Kawasan ini meliputi Kabupaten Malang bagian tenggara, Lumajang bagian barat daya, Bondowoso bagian timur, dan sebagian wilayah Banyuwangi.
Keberadaan zona hujan sepanjang tahun menandakan bahwa curah hujan di wilayah-wilayah tersebut relatif tinggi dan tersebar tanpa periode kering yang jelas, sehingga memerlukan pemantauan dan manajemen risiko banjir yang berkelanjutan.
Puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada bulan Januari 2026, dengan curah hujan diprediksi mencapai lebih dari 1500 mm di sebagian besar wilayah Jawa Timur.
Angka ini menunjukkan tren intensitas curah hujan yang cukup tinggi selama puncak musim hujan, yang berpotensi meningkatkan risiko banjir bandang, genangan, dan dampak lainnya pada infrastruktur serta aktivitas masyarakat. Oleh karena itu, warga dan pihak terkait diminta tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem selama periode puncak musim hujan.
“Kita perlu waspada karena ada daerah dengan awal musim hujan datang lebih cepat dari tiga dasarian, artinya majunya musimnya itu lebih dari 1 bulan dibandingkan kondisi normalnya atau rata-rata,” pungkas Anung.
Pernyataan ini menekankan pentingnya langkah-langkah adaptasi dan kesiapsiagaan lokal, seperti peningkatan kapasitas drainase, evakuasi dini, serta komunikasi risiko cuaca kepada publik, terutama di daerah-daerah yang terdampak potensial oleh intensitas hujan yang lebih tinggi dan pola masuk musim hujan yang lebih awal dari biasanya termasuk di Malang Raya sendiri. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)