
MALANG POST – Public speaking bukan sekadar keterampilan berbicara di depan umum, melainkan sebuah seni untuk membangun komunikasi lisan yang efektif, terarah, dan bermakna dengan audiens. Hal itu disampaikan Moqoddas Al Aslami sebagai pemateri dalam Pelatihan Service Excellence, 27 September ini.
Acara kolaborasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Bank Syariah Indonesia (BSI) ini diikuti ratusan staf dan karyawan di lingkungan Kampus Putih. Selain Moqoddas, adapula Dian Budi Wijaksono yang memberikan paparan.
Lebih lanjut, Moqoddas mengatakan bahwa public speaking adalah seni sekaligus ilmu yang menuntut penguasaan logika, emosi, serta kredibilitas agar pesan benar-benar sampai dan berkesan. Sejak era Socrates, public speaking telah menjadi sarana menemukan kebenaran, meraih kemenangan, sekaligus menjadi alat persuasi ilmiah.
Terdapat tiga aspek utama dalam public speaking, yaitu ethos, pathos, dan logos. Ethos berkaitan dengan moralitas agar pembicara dipercaya, pathos menyentuh sisi emosional audiens, sedangkan logos menekankan pada rasionalitas dan argumen yang kuat. Ia menilai, kombinasi ketiga unsur itu akan membuat pesan tersampaikan lebih meyakinkan, karena berbicara jelas saja tidak cukup tanpa kehangatan emosi dan alasan logis.
“Bahasa tubuh harus sejalan dengan pesan yang disampaikan agar kredibilitas tidak diragukan. Open palm gesture menandakan keterbukaan, sedangkan apex gesture digunakan saat menyampaikan informasi penting. Gestur yang tepat akan memperkuat pesan dan meningkatkan kepercayaan audiens,” ujarnya.

Di sisi lain, ia mengingatkan bahwa hambatan komunikasi bisa muncul dari faktor fisik, psikologis, bahasa, budaya, maupun teknologi. Moqoddas menekankan pentingnya empati, kecerdasan emosional, serta latihan yang konsisten melalui diskusi atau workshop.
Ia menutup dengan pesan bahwa komunikasi bukan sekadar berbicara, melainkan membangun koneksi. Public speaking, menurutnya, adalah keterampilan seumur hidup yang layak terus dikembangkan.
Sementara itu Area Manager BSI Malang, Waskito Vergino, MBA menjelaskan bahwa selama ini BSI tumbuh signifikan, baik dari kuantitas customer, dana, maupun pembiayaan-pembiayaan. Hal ini tak lepas dari bagaimana service excellence yang sudah dijalankan. Bagaimana layanan kepada masyarakat dan komunikasi yang baik.
Ia juga menyanpaikan, sebagian orang saat kecil seringkali dimarahi ketika salah bicara dan ini membuat trauma. Pada akhirnya membuatnya tidak bisa memiliki public speaking dan berpengaruh pada layanan.
“Maka, harapannya agenda ini bisa memberikan efek baik, baik itu tips-tips maupun cara memberikan layanan yang baik dan terbaik untuk mahasiswa, orangtua, bahkan masyarakat,” katanya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Wakil Rektor II UMM Dr. Ahmad Juanda, Ak, M.M. Menurutnya, acara ini juga menjadi bentuk sinergisitas antara UMM dengan BSI. Bagaimana bisa saling meningkatkan kualitas SDM dengan pelayanan prima terbaik.
Juanda melihat, pelatihan service excellence ini menjadi sesuatu yang relevan. Terutama untuk teman-teman yang ada di front office yang nanti akan berhadapan dengan para mahasiswa hingga masyarakat.
“Jika kita kerucutkan, ada tiga tugas utama dari core bisnis perguruan tinggi. Yakni menjemput, merawat, dan mengantarkan. Menjemput calon mahasiswa, merawat mahasiswa agar baik, dan mengantarkan mereka menjadi pribadi yang mandiri dan siap kerja. Semoga acara ini bisa semakin menguatkan kualitas layanan,” katanya menambahkan. (*/M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)