
MALANG POST – Angka kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pelajar masih menjadi perhatian serius di Kota Batu. Untuk menekan kasus tersebut, Pemkot Batu melalui Dinas Perhubungan (Dishub) meluncurkan program edukasi keselamatan berlalu lintas bertajuk SI SLAMET SEKOLAH.
Baru saja diresmikan, program ini langsung tancap gas menyapa para pelajar. Jumat (26/9/2025), giliran siswa SMK Kesehatan Amanah Husada Kota Batu yang mendapat sosialisasi. Suasana aula sekolah tampak riuh penuh antusiasme. Para siswa tidak hanya duduk mendengarkan ceramah, melainkan ikut terlibat dalam simulasi interaktif yang dikemas atraktif.
Plh. Sekretaris Dishub Kota Batu, Hari Juni menegaskan, program ini berbeda dari seminar pada umumnya. Edukasi keselamatan yang dibawa tidak melulu berupa ceramah, melainkan praktik nyata.
“Mengemudi itu boleh setelah umur 17 tahun dan wajib memiliki SIM C. Pesan ini harus viral di kalangan pelajar agar praktik berkendara di bawah umur bisa dicegah,” tegas Hari.
Menurutnya, membangun kesadaran sejak bangku sekolah menjadi kunci. Sebab, banyak kasus kecelakaan di jalan raya melibatkan pengendara remaja yang nekat mengendarai motor tanpa SIM.
Agar lebih mengena, Dishub menghadirkan personel Satlantas Polres Batu untuk memberi contoh langsung. Mereka memperagakan cara berkendara yang benar dan salah, termasuk memperlihatkan titik buta pengendara yang sering luput diperhatikan.

ROADSHOW: Dishub Kota Batu menggelar roadshow program Si Slamet Sekolah guna menekan angka kecelakaan pelajar di Kota Batu. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Siswa pun dibuat sadar, bahwa sekadar menoleh atau abai mengenakan helm bisa berakibat fatal. “Kami ingin para siswa menanamkan pemahaman bahwa keselamatan adalah prioritas utama. Pelajar adalah generasi penerus, jangan sampai masa depan cerah terancam karena kelalaian di jalan,” lanjut Hari.
Selain itu, siswa juga dikenalkan dengan rambu-rambu lalu lintas, bahaya pelanggaran tanpa SIM, hingga cara aman menggunakan angkutan umum.
Kanit Kamsel Satlantas Polres Batu, Aiptu Nurhadi Santosa menambahkan pesan yang tak kalah penting. Menurutnya, pelajar bukan hanya pengguna jalan, melainkan agen perubahan untuk menciptakan budaya tertib berlalu lintas.
“Kedisiplinan kalian di jalan raya tidak hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga menjadi contoh bagi teman sebaya dan masyarakat sekitar,” tegas Nurhadi.
Ia mengingatkan, kelas 10, 11 dan 12 adalah usia rawan. Banyak pelajar di rentang usia tersebut sudah berani membawa motor ke sekolah meski belum cukup umur. Karena itu, edukasi seperti SI SLAMET SEKOLAH menjadi langkah preventif.
Dalam sesi tanya jawab, sejumlah siswa mengaku baru sadar soal pentingnya detail kecil saat berkendara. Ada yang kaget saat mengetahui betapa berbahayanya titik buta, ada pula yang tergerak untuk menegur teman sebaya jika kedapatan ugal-ugalan di jalan.
Nurhadi menegaskan, itulah yang diharapkan dari program ini. “Bukan hanya tahu, tapi berani memberi contoh dan mengingatkan. Keselamatan itu tanggung jawab bersama,” tandasnya. (Ananto Wibowo)