
MALANG POST – Upaya deradikalisasi tak melulu soal pendekatan ideologi. Sentuhan ekonomi juga menjadi kunci agar para mantan narapidana terorisme (napiter) bisa kembali menata hidup di tengah masyarakat. Itu pula yang terlihat di Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Kota Batu, (24–26/9/2025).
Sebanyak 19 eks napiter dan simpatisan jaringan Jamaah Islamiyah (JI) berkumpul, bukan untuk membicarakan ideologi radikal, melainkan belajar keterampilan baru. Ada yang belajar menjadi juru sembelih halal (juleha). Ada pula yang mendalami cara mengolah susu menjadi produk bernilai tinggi.
Dari jumlah itu, sembilan orang memilih jalur pelatihan juleha. Rinciannya, lima dari Jawa Tengah, tiga dari Jawa Timur, dan satu dari Sumatera Selatan. Sedangkan 10 peserta lainnya menekuni pengolahan susu, masing-masing lima dari Jawa Tengah dan lima dari Jawa Timur.
Mereka bukan sekadar duduk mendengar materi di kelas. Para peserta benar-benar praktik menyembelih kambing dan unggas sesuai syariat. Untuk yang memilih jalur pengolahan susu, mereka langsung mencoba membuat yoghurt, es lilin yoghurt, sampai burger susu. Juga sempat melakukan kunjungan ke UMKM binaan BBPP, Yoghurt Mahim.
Kapala Densus 88 Antiteror, Irjen Pol Sentot Prasetyo, hadir langsung menutup kegiatan. Ia menegaskan, pelatihan ini menjadi bagian dari strategi Densus 88 dalam program deradikalisasi yang menyentuh aspek kesejahteraan.
“Permasalahan ekonomi sering menjadi tantangan terbesar para eks napiter setelah bebas. Karena itu, kami fasilitasi mereka dengan keterampilan yang bisa langsung dipraktikkan untuk menunjang perekonomian keluarga,” jelasnya.

SENTUHAN EKONOMI: Para Eks Napiter saat mendapatkan pelatihan juleha dan pengolahan susu di BBPP Kelurahan Songgokerto, Kota Batu. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Menurut Sentot, program ini terbukti memberi dampak positif. “Para peserta bisa merasakan langsung manfaat keterampilan baru. Harapannya, mereka semakin mandiri dan tidak lagi terjerat pada masa lalu,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala BBPP Kota Batu, Roby Darmawan menguraikan, bahwa pelatihan ini memang dirancang praktis. Untuk peserta juleha, mereka dibekali teknik penyembelihan yang aman, sehat dan sesuai kaidah halal.
“Sedangkan untuk pengolahan susu, kami sesuaikan dengan keterbatasan waktu. Mereka diajarkan produk yang bisa diolah tanpa membutuhkan peralatan khusus. Jadi bisa langsung diimplementasikan di rumah,” ujar Roby.
Produk olahan itu diantaranya yoghurt, stik susu, permen susu, susu rempah, hingga keju. “Tapi karena waktunya hanya singkat, kami pilih yang sederhana tapi bernilai jual tinggi,” imbuhnya.
Acara penutupan berlangsung cukup khidmat. Sejumlah pejabat turut hadir, mulai Dir Idensos Densus 88 AT Brigjen Pol Arif Makhfudiharto, Kasatgaswil Jatim Densus 88 AT Kombes Pol Samsul Priasmoro, hingga jajaran Pemkot Batu, yakni Wali Kota Nurochman dan Wakil Wali Kota Heli Suyanto. Kapolres Batu AKBP Andi Yudha Pranata serta Kajari Batu Dr Andy Sasongko juga tampak di barisan tamu.
Kehadiran para pejabat itu menunjukkan bahwa program ini bukan sekadar agenda biasa. Ada pesan penting bahwa negara hadir mendampingi eks napiter agar bisa benar-benar pulih, bukan hanya bebas secara fisik, tapi juga merdeka secara ekonomi. (Ananto Wibowo)